1.1.
PENGERTIAN FISIKA
MODEREN
Menurut sejarah perkembangan dan penemuannya ada dua
bagian dalam ilmu fisika yaitu fisika klasik dan fisika modern. Dalam fisika
klasik, fenonema alam dilukiskan secara konkrit melalui logika "naif"
dan "rasio akal sehat". Bidang ini mencakup mekanika Newton, teori
elektronmagnetik Maxwell, optika geometri, optika gelombang dan sebagian
termodinamika. Dalam fisika klasik, kecepatan pertikel yang diteliti dianggap
sangat kecil dibanting kecepatan cahaya, dan selain itu besaran aksi dan
energinya sangat besar dibanding bilangan kuantum Planck.
Awal
sejarah fisika modern secara umum ditandai pada tahun 1900 saat Max Planck mempublikasikan
teori kuantumnya. Teori kuantum ini tidak dilukiskan secara konkrit.
Interpretasi naif dari ruang dan waktu tidak lagi berlaku. Wilayah kajian
fisika modern meliputi mekanika kuantum, teori relatifitas, fisika atom, fisika
inti dan fisika partikel elementer serta optika elektron.
Batas pemisah kedua bagian fisika ini tidak cukup
tajam, misalnya karena dalam wilayah fisika klasik terdapat masalah yang hanya
dapat diselesaikan dengan metode fisika modern. Di lain pihak beberapa gejala
dalam fisika modern dapat dimengerti secara klasik. Sehingga berlaku bahwa
fisika klasik adalah kasus khusus dari fisika modern. Contohnya adalah prinsip
relatifitas Einstein yang modern melingkupi mekanika klasik. Prinsip
relatifitas klasik adalah kasus khusus untuk kecepatan yang nilainya sangat
kecil dibandingkan kecepatan cahaya.
Fisika modern merupakan salah satu bagian dari ilmu
Fisika yang mempelajari perilaku materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel
subatomik atau gelombang. Pada prinsipnya sama seperti dalam fisika klasik,
namun materi yang dibahas dalam fisika modern adalah skala atomik atau
subatomik dan partikel bergerak dalam kecepatan tinggi. Untuk partikel yang
bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama dengan kecepatan cahaya,
perilakunya dibahas secara terpisah dalam teori relativitas khusus.
Ilmu Fisika Modern dikembangkan pada awal abad 20, di
mana perumusanperumusan dalam Fisika Klasik tidak lagi mampu menjelaskan fenomenafenomena
yang terjadi pada materi yang sangat kecil. Fisika Modern diawali oleh hipotesa
Planck yang menyatakan bahwa besaran energi suatu benda yang beosilasi
(osilator) tidak lagi bersifat kontinu, namun bersifat diskrit (kuanta),
sehingga muncullah istilah Fisika Kuantum dan ditemukannya konsep dualisme
partikel-gelombang. Konsep dualisme dan besaran kuanta ini merupakan dasar dari
Fisika Modern.
2.1.1.
DIMENSI DAN SATUAN
DALAM FISIKA MODEREN
2.1.1.1.Energi
Dalam fisika klasik
energi selalu dinyatakan dengan Joule atau (Newton.detik). Satuan ini memiliki
ekivalensi yang sesuai dalam fisika modern, yaitu dari Joule dapat dirobah
menjadi elektron Volt (eV). Di mana;
1 eV=〖10〗^6 ×
e/C ×1 J=1,602 ×〖10〗^(-19) J
Definisi energi dalam
satuan MeV adalah energi kinetik yang diperoleh oleh elektron yang dipercepat
dengan tegangan sebesar 1 MV. Atau elektronvolt (simbol eV) adalah sebuah
satuan energi merupakan jumlah yang energi kinetik yang didapatkan oleh sebuah
elektron tunggal yang tak terikat ketika elektron tersebut melalui sebuah potensi
perbedaan elektrostatik satu volt, dalam vakum. Satuan elektronvolt diterima
(tetapi tidak dianjurkan) untuk digunakan dalam SI. Satuan ini banyak digunakan
dalam fisika benda-padat, atomik, nuklir, dan partikel, seringkali dengan
awalan SI, K, M, atau G.
2.1.1.2.Massa
Satuan
dan dimensi massa dalam fisika modern dapat diturunkan dari satuan dan dimensi
energi dengan menggunakan persamaan ekivalensi masa dan energi Einstein
Di mana untuk menentukan satuan masa persamaan
tersebut dapat ditulis dalam bentuk;
Satuan
masa juga bisa digunakan satuan khusus yang digunakan dalam fisika modern,
yaitu Satuan Masa Atom (SMA atau u). Definisi SMA adalah masa atom Karbon
(C)-12, sehingga dapat dikatakan: 1 masa atom c-12 = 12 u dan 1u = 1.661X10-27
kg = 0.93 GeV/c2.
2.1.1.3.Momentum
Berdasarkan
definisi klasik, momentum dinyatakan dengan pekalian masa (kg) dan kecepatan
(m/detik). Dalam fisika modern satuan momentum diturunkan dari satuan masa (MeV/c2)
dan energi (MeV), yaitu: Momentum = masa x kecepatan = 1 MeV/c2 x c =
2.1.1.4.Panjang
Satuan
panjang secara klasik (satuan SI) didefisinikan sebagai panjang satu meter
batang platina yang terdiri dari 100 garisan berjarak 1 cm.
Length:
fermi 1 fm = 10-15 m
Cross
sections: barn = as big as a barn door (to a
particle
physicists)
◦
1 barn = 10-28m2 = 100 fm2
klik2
2.1.2.
KONSEP FISIKA
MODEREN
Fisika
Modern secara umum dibagi menjadi dua bagian pembahasan yaitu Teori kuantum
lama dan Teori Kuantum Modern. Bahasan Fisika modern digambarkan dalam diagram
seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Teori Kuantum lama memperkenalkan
besaran-besaran fisika, seperti energi merupakan besaran diskrit bukan besaran kontinum
seperti halnya dibahas dalam mekanika klasik. Teori kuantum lama diawali oleh
hipotesa Planck yang menyatakan bahwa energi yang dipancarkan oleh sumber
(berupa osilator) bersifat kuanta/diskrit karena hanya bergantung pada
frekuensinya bukan pada amplitudo seperti dalam mekanika klasik dimana besaran
amplitudo tidak terbatas (kontinu).
Pada
tahun 1900 Max-Planck merumuskan besaran energi yang bersifat diskrit dalam
merumuskan energi yang dipancarkan oleh benda hitam yaitu E = nhf dimana n = 1,
2, 3, ... dan h = 6,626 x 10-34 Joule/detik (konstanta Planck).
Albert Einstein pada tahun 1905 menggunakan konstanta Planck dalam merumuskan
energy yang dipancarkan oleh berkas cahaya/foton (penemuan efek fotolistrik).
Pembahasan
konsep dalam fisika modern meliputi ruanglingkup seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 1.4, berikut. Konsep yang paling mendasar dalam fisika modern adalah
konsep dualisme partikel dan gelombang, dimana partikel berperilaku sebagai gelombang
dan gelombang berperilaku sebagai partikel. Konsep ini sangat penting karena
perilaku partikel dan gelombang semuanya sudah dipelajari dan diamati di fisika
klasik. Konsep dualisme partikel-gelombang ini diamati oleh 2(dua) eksperimen
yaitu efek fotolistrik oleh Albert Einstein dan eksperimen difraksi partikel/elektron
oleh G.P. Thomson dan Davison Germer.
klik3
2.2.
TEORI RELATIVITAS
2.2.1.
KONSEP RELATIVITAS
Relativitas
klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei dan didefinisikan
ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi sederhana diantara benda
yang bergerak dan seorang pengamat pada kerangka acuan lain yang diam
(inersia). Jika seorang berjalan di dalam sebuah kereta yang bergerak, dan
seseorang yang diam diatas tanah (di luar kereta) memperhatikanya, kecepatannya
relatif terhadap pengamat adalah total dari kecepatanya bergerak relatif
terhadap kereta dengan kecepatan kereta relatif terhadap pengamat. Jika
seseorang berada dalam kerangka acuan diam, dan kereta (dan seseorang yang
duduk dalam kereta) berada dalam kerangka acuan lain, maka pengamat adalah
orang yang duduk dalam kereta tersebut.
Permasalahan
dengan relativitas ini terjadi ketika diaplikasikan pada cahaya, pada akhir
1800-an, untuk merambatkan gelombang melalui alam semesta terdapat substansi
yang dikenal dengan eter, yang mempunyai kerangka acuan(sama seperti pada
kereta pada contoh di atas). Eksperimen
Michelson-Morley, bagaimanapun juga telah gagal untuk mendeteksi gerak
bumi relatif terhadap eter, dan tak ada seorangpun yang bisa menjelaskan
fenomena ini. Ada sesuatu yang salah dalam interpretasi klasik dari relatifitas
jika diaplikasikan pada cahaya, dan kemudian muncullah pemahaman baru yang
lebih matang setelah Einstein datang untuk menjelaskan fenomena ini.
2.2.1.1.Relatifitas
Khusus
Pada tahun 1905, Albert
Einstein mempublikasikan makalah yang berjudul, “ The Electrodynamics of Moving
Bodies” atau dalam bahasa indonesianya kurang lebih demikian,”Elektrodinamika
benda bergerak”Annalen Der Physics. Makalah yang menyajikan teori relativitas
khusus berdasarkan dua postulat utama, yaitu:
Postulat
I : hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam
semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap satu sama lain.
Postulat
II : cepat rambat cahaya didalam ruang hampa kesegala arah adalah sama untuk
semua pengamat, tidak bergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.
Relativitas khusus
menghasilkan berbagai konsekuensi dari penggunaan transformasi Lorentz pada
kecepatan tinggi (mendekati kecepatan cahaya). Diantaranya:
2.2.1.1.1.
Dilatasi Waktu
Dalam
mengemukakan teori relativivtas khusus Einstein menyatakan bahwa waktu pengamat
antara pengamat yang diam dengan pengamat yang bergerak relatif terhadap
kejadian dengan jam yang terhadap kejadian, peristiwa ini disebut dilatasi
waktu/ pemuaian waktu (time dilatation) dalam persamaan:
Dimana
:
∆t0 = selang
waktu yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap kejadian
∆t = selang waktu yang
diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap kejadian
v= kecepatan relative pengamat
terhadap kejadian yang diamati
c = kecepatan cahaya
(3x108 m/s)
2.2.1.1.2.
Kontraksi Panjang
Pengukuran
panjang seperti juga selang waktu dipengaruhi oleh gerak relative. Panjang l
benda bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek l0 bila
diukur dalam keadaan diam terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek.
peristiwa ini disebut kontraksi Lorentz ( pengerutan Lorentz) kontraksi Lorents
dinyatakan dalam persamaan:
dimana:
l=panjang benda yang
diukur oleh pengamat yang bergerak
l0=panjang
benda diukur oleh pengamat yang diam
v=kecepatan benda relatif
terhadap pengamat yang diam
c=kecepatan cahaya
2.2.1.1.3.
Massa Relativitas
Menurut
teori fisika klasik mekanika Newton bahwa massa benda konstan, massa benda
tidak tergantung pada kecepatan benda, akan tetapi menurut relativitas Einstein
massa benda adalah relatif yang besarnya dipengaruhi kecepatan massa benda yang
bergerak dengan kecepatan (v) relative terhadap pengamat menjadi besar daripada
ketika benda itu dalam keadaan diam massa benda yang bergerak dengan kecepatan
(v) secara teori relativivtas dinyatakan:
dimana:
m0=massa benda
dalam keadaan diam
m=massa relativitas
v=kecapatan benda relatif
terhadap pengamat
c=kecepatan cahaya
2.2.1.2.Relatifitas
Umum
Relativitas
umum diterbitkan oleh Einstein pada 1916 (disampaikan sebagai satu seri
pengajaran di hadapan "Prussian Academy of Science" 25 November
1915).Akan tetapi, seorang matematikawan Jerman David Hilbert menulis dan
menyebarluaskan persamaan sejenis sebelum Einstein. Ini tidak menyebabkan
tuduhan pemalsuan oleh Einstein, tetapi kemungkinan mereka merupakan para
pencipta relativitas umum.Teori relativitas umum menggantikan hukum gravitasi
Newton. Teori ini menggunakan matematika geometri diferensial dan tensor untuk
menjelaskan gravitasi. Teori ini memiliki bentuk yang sama bagi seluruh
pengamat, baik bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan lembam ataupun
bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan yang dipercepat. Dalam
relativitas umum, gravitasi bukan lagi sebuah gaya (seperti dalam Hukum
gravitasi Newton) tetapi merupakan konsekuensi dari kelengkungan (curvature)
ruang-waktu. Relativitas umum menunjukkan bahwa kelengkungan ruang-waktu ini terjadi
akibat kehadiran massa.
Bergerak
dalam diam adalah relatif , hal ini bergantung dari acuan yang digunakan . jadi
segala sesuatu yang diukur tidak bersifat mutlak (absolut) tetapi relatif.
klik4
2.2.2.
KERANGKA ACUAN
UNIVERSAL
Teori
relativitas muncul sebagai hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat oleh
ketiadaan kerangka acuan universal bergerak dengan kecepatan tetap terhadap
kerangka lainnya.
Teori
relativivtas umum diusulkan oleh Einstein sepuluh tahun kemudian. Pada teori
ini dipersoalkan tentang kerangka yang dipercepat satu terhadap yang lainnya.
Seorang pengamat dalam laboratorium yang terisolasi dapat mendeteksi
percepatan.
Kerangka
acuan atau system koordinat adalah dimana seorang pengamat melakukan pengamatan
terhadap suatu kejadian. Kerangka acuan inersia adalah suatu kerangka acuan
yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap kerangka acuan lainnya
dengan kecepatan terhadap kerangka acuan lainnya dengan keceatan konstan pada
suatu garis lurus.
Bergerak
dan diam adalah relativ hal itu
bergantung dari acuan yang digunakan jadi segala sesuatu yang diukur tidak
bersifat mutlak (absolut) tetap relatif.
2.2.3.
TRANSFORMASI
GALILEO
Untuk
memahami konsep relativitas secara matematik, perlu dipelajari prinsip
relativitas Galileo. Dalam relativitas (transformasi) Galileo, dikenal dua
kerangka acuan. Salah satu terhadap yang lain tergantung secara relatif. Misal
masing-masing kerangka acuan dinyatakan dengan S dan S’, di mana S’ adalah
bergerak dengan kecepatan v terhadap S dalam arah tertentu.
·
Transformasi Galileo untuk koordinat dan
waktu
·
Transformasi Galileo untuk kecepatan
2.2.4.
PERCOBAAN
MICHELSON-MORLEY
Alat
yang bernama Interferometer michelson berpendapat bahwa jika eter itu ada di
alam semesta, maka kecepatan eter relatif terhadap bumi, harus sama dengan 3×104
m/s (sama dengan kecepatan mengelilingi matahari).
Interferometer Michelson
Gambar 2
Alat Percobaan Michelson-Morley
|
Menurut
kaidah alih bentuk Galileo, kecepatan (termasuk keceepatan cahaya) yang
teramati oleh dua kerangka acuan yang saling bergerak relative tersebut berbeda
satu sama lain dan sebenarnya bergantung pada kecepatan relative.
Hasil
dari percobaan mereka menunjukkan bahwa sama sekali tidak adanya persamaan
besar antara T2 dan T1 percobaan terus diulang
dengan posisi dan waktu yang berbeda-beda namun hasilnya tidak menunjukkan
perbedaan. Sehingga hipotesis adanya eter yang terdapat disetiap posisi adalah
salah atau dengan tegasnya eter tidak ditemukan.
2.2.5.
TRANSFORMASI
LORENZ
Lorentz
memandang bahwa transformasi Galileo tidak cukup mampu menjelaskan apa yang
terjadi pada dunia elektromagnetis dan Lorentz mengusulkan revisinya. Ia
berpegang pada asumsi bahwa tiap pengamat memiliki "waktu
tersendiri".
Oleh
karena itu Lorentsz menulis kembali persamaan transformasi Galileo dengan memasukkan
faktor k, yaitu menjadi :
x’ = k (x - vt)
dengan
k sebuah konstanta yang tidak dipengaruhi oleh waktu. Persamaan tersebut
dikenal dengan "transformasi Lorentz". Pemilihan persamaan secara
tekaan tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan ilmiah:
a.
Persamaan ini berbentuk
linear antara x dan x’, sehingga suatu kejadian dalam kerangkan S bersesuaian
dengan kejadian dalam kerangka S’.
b.
Persamaan ini
dapat direduksi menjadi persamaan klasik (transformasi Galileo) dengan memilih
harga k bersesuaian dengan 1 ( k = 1).
Berpijak pada postulat pertama
relativitas khusus maka persamaan fisika harus berbentuk sama dalam kerangka S
dan S’, sehingga kaitan x sebagai fungsi x’ dan t’ dapat dinyatakan dalam
persamaan:
x
= k (x’+ vt’)
sedangkan pada koordinat y’ dan z’
memenuhi persamaan:
y’ = y
z’ = z
koordinat t dan t’ tidak sama, hal
ini dapa dilihat dengan mensubtitusi x’ yang diperoleh dari persamaan pertama
ke persamaan ke empat.
klik5
2.3.
FENOMENA KUANTUM
2.3.1.
RADIASI BENDA
HITAM
Benda
hitam adalah semua benda yang dapat menyerap radiasi dari gelombang
elektromagnetik. Radiasi benda hitam adalah Energi pantulan yang telah diserap
oleh benda hitam. Benda hitam ideal adalah Benda yang mampu menyerap semua energy dan tidak dipantulkan lagi.
Benda
dengan suhu mutlak lebih tinggi dari 00K (suhu terendah yang mungkin
terealisassi dari dalam fisika) memancarkan radiasi elektromagnetik yang membawa energy. Spectrum frekuensi
radiasi demikian bersifa kontinu.
2.3.1.1.Hukum
Sefan-Bloltzman (1879)
Menyatakan
bahwa Daya total dari radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlaknya.
)
Persamaan
ini bisa menjelaskan hubungan panjang gelombang dengan intensitas cahaya, namun
bisa menjelaskan hubungan antara panjang gelombang dengan suhu.
2.3.1.2.Hukum
Pergeseran Wien
Panjang
gelombang untuk intesitas cahya yang maksimum akan berkurang seiring bertambahnya
suhu.
hanya berlaku untuk untuk panjang gelombang yang pendek
Hukum ini tidak mampu
menjelaskan panjang gelombang untuk gelombang panjang.
2.3.1.3.Hukum
Rayleigh-Jeans
Pada gelombang yang
pendek (λ≈0), energy radiasi menjadi tak berhingga, adanya kesesuaian antara
teori dan data eksperimen yang disebut dengan bencana ultraviolet.
2.3.1.4.Teori
Planack
Energy radiasi bersifat diskrit
Dan energi bergantung pada tingkat-tingkat energi untuk setiap
keadaan kuantum
klik6
2.3.2. DUALISME
SIFAT CAHAYA
2.3.2.1.Definisi
Cahaya
Kajian tentang cahaya telah dimulai pada
awal tahun 1675 oleh Isaac Newton. Hasil kajian Newton, yang dikenal dengan
teori Corpuscular, menunjukkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel
kecil (tiny particles) yang dipancarkan oleh suatu sumber. Walaupun Huygens pada
tahun 1678 telah mengemukakan teori gelombang untuk cahaya, namun tetap tidak
diterima oleh pakar fisika ketika itu. Sehingga pada tahun 1801 Young menolak
teori Newton dengan menunjukkan bahwa hasil percobaan difraksi hanya dapat
dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai gelombang, bukan sebagai partikel.
Pada tahun 1887, Hertz berhasil membuktikan bahwa cahaya bagian dari gelombang
elektromagnet dan Maxwell juga berhasil mengembangkan persamaan gelombang
elektromagnet.
Pada awal abab ke-20 banyak pakar fisika
yang mengembangkan percobaan, antaranya; radiasi benda hitam, efek fotoelektrik,
sinar-x, efek Compton, dan spektral garis optik. Fenomena yang ditunjukkan
melalui percobaan tersebut hanya dapat dijelaskan jika cahaya dipandang sebagai
partikel, bukan sebagai gelombang. Sehingga pada tahun 1901, Max Planck
berhasil mengembangkan persamaan energi diskrit untuk partikel-partikel gelombang
elektrogmanet (cahaya), iaitu; E = nhf.
Fenomena difraksi dan energi diskrit
adalah bukti bahwa cahaya dapat berkelakuan seperti gelombang atau seperti
partikel. Oleh karena itu, cahaya dapat kita katakan bukan gelombang dan juga bukan
partikel, tetapi dapat berkelakuan seperti gelombang atau seperti partikel.
2.3.2.2.Sifat
Cahaya
Eksperimen celah ganda yang telah
dilakukan Thomas Young adalah untuk mengamati sifat difraksi dan sifat
interferensii pada cahaya. Kenyataan ini menjadi pendukung untuk kita katakan
cahaya dapat berkelakuan seperti gelombang, yaitu sebagai gelombang elektromagnetik.
Sedangkan kita katakan cahaya berkelakuan seperti gelombang, berarti
sifat-sifat yang dapat kita amati adalah panjang gelombang, fenomena difraksi,
fenomena interferensii, sifat pemantulan, sifat pembiasan, tenaganya kontinu,
dan kedudukannya menyebar dalam ruangan.
Eksperimen efek fotolistrik dan efek
Compton adalah dua bukti percobaan yang membolehkan kita untuk mengatakan bahwa
cahaya berkelakuan seperti partikel. Jika kita katakan cahaya adalah berkelakuan
seperti partikel, maka sifat-sifat yang dapat kita amati adalah adanya
percepatan, momentum, energi berbentuk diskrit, dan kedudukannya dapat diukur
secara pasti. Ketika cahaya pada posisi dan waktu tertentu berkelakuan seperti
gelombang, maka yang dapat diamati sifat-sifat yang menyatu dengan gelombang.
Manakala pada posisi dan waktu yang berlainan cahaya dapat berkelakuan seperti partikel,
maka dapat diamati sifat-sifat yang menyatu dengan partikel. Tidak pernah kedua
sifat tersebut diamati pada posisi dan waktu bersamaan.
klik7
2.4.
STRUKTUR ATOM
2.4.1. PENGERTIAN
BENTUK DAN MODEL ATOM
Bentuk
atom merupakan wujud atom yang riil sebagaimana bentuk yang sebenarnya. Betuk
atom yang riil atau tepat sama dengan betuk sebenarnya sampai saat ini belum
diketahui oleh pakar. Terdapat beberapa sebab kenapa pakar fisika modern sukar menentukan
bentuk atom yang sebenarnya, diantaranya karena atom dan penyusunnya (elektron,
proton, dan neutron) memiliki dua sifat (dualisme), yaitu sebagai gelombang dan
juga sebagai partikel. Kedua sifat tersebut tidak dapat muncul pada tempat dan
waktu bersamaan, melainkan pada kondisi yang terpisah. Karena ketakpastian
bentuk dari partikel-partikel tersebut, sehingga muncul ketakpastian posisi dan
momentum partikel-partikel penyusun atom. Akibatnya tidak mungkin digambarkan
bentuk atom yang sebenarnya.
Model
atom merupakan manifestasi atau terjemahan hasil pengsangatan pakar melalui
eksperimen atomik. Semua gambar atom yang sering ditemui dalam buku teks fisika
modern merupakan model model atom yang dikemukakan oleh pakar dan perlu
ditekankan bahwa itu bukan bentuk atom yang sebenarnya. Ada pakar fisika yang
menggambarkan model atom berdasarkan asumsi atau nberkasi, ada pakar yang
menggambarkan model atom berdasarkan hasil percobaan, dan ada juga pakar
menggambarkan model atom berdasarkan perhitungan matematis. Setiap model atom
yang ditunjukkan oleh pakar semuanya berdasarkan penyempurnaan terhadap
kelemaham-kelemahan yang telah diketahui dari model atom sebelumnya.
2.4.2. MODEL
ATOM TEORI KUANTUM
Model atom teori kuantum merupakan suatu
model atom hidrogen yang bertujuan untuk mengatasi model atom Sommerfeld untuk
kes elektron dalam ruang tiga dimensi. Kedudukan elektron dalam ruang tiga
dimensi Untuk menjelaskan gerakan elektron dalam ruang tiga dimensi digunakan
persamaan Schrodinger dengan fungsi gelombang tergantung pada jari-jari orbit
(r), sudut zenit (θ), dan sudut azimut (ϕ). Penggambaran distribusi rapat
probabilitas elektron |ᴪ|2 yang didasarkan pada fungsi gelombang
elektron atom hidrogen untuk nilai nomor kuantum yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, energi elektron dalam ruang tiga dimensi tergantung pada nomor kuantum utama
(n), nomor kuantum orbital (l), dan nomor kuantum magnet (ml).
Gambar 3
kedudukan elektron dalam ruang 3 dimensi
Dalam
gambar menunjukkan suatu model atom kuantum yang digambarkan dengan menggunakan
persamaan distribusi rapat probabilitas elektron, |ᴪ|2 untuk
beberapa keadaan energi dalam ruang tiga dimensi. Ini bukan bentuk atom yang
sebenarnya, tetapi hanyalah model rapat elektron atau model awan elektron
disekitar inti atom.
Gambar 4Model
Atom teori Kuantum
Kesimpulan
yang dapat dikatakan bahwa sampai saat ini model atom yang banyak diterima oleh
pakar kuantum adalah model atom teori kuantum. Sedangkan bentuk atom dan
kedudukan elektron disekitar inti dengan tepat tidak ada yang tahu. Tetapi
model yang berdekatan adalah model awan elektron, yaitu kedudukan elekton
disekitar inti digambarkan dengan rapat probabilitas yang dapat ditentukan
keberadaan elektron dengan menggunakan kuadrat fungsi gelombang elektron. Mengenai
kedudukan elektron disekitar inti berdasarkan pada atau sesuai dengan besar
energi yang dimiliki oleh elektron. Perlu dipertegas sekali lagi bahwa sampai
saat ini hanya ada model atom atau bukan bentuk yang sebenarnya.
2.4.3. ATOM
HIDROGEN
Atom
hidrogen terdiri dari inti dan suatu elektron yang mengelilingi inti. Berbagai
bentuk percobaan telah dilakukan oleh pakar kimia dan fisika untuk mendapatkan informasi
tentang atom hidrogen. Penggambaran bentuk struktur atom hidrogen didasarkan
pada hasil uji coba model atom, berawal dari model atom Thomson sampai dengan
model atom mekanik kuantum.
Gambar 5Bentuk
Atom sebenarnya hasil scan STM
Berdasarkan
pandangan Bohr, elektron dalam atom hidrogen bergerak dalam orbit berbentuk
lingkaran, seperti yang terjadi pada gerak satelit atau planet dalam tata
surya. Hasil uji coba model atom Bohr menunjukkan bahwa jari-jari orbit
elektron terkecil (n = 1) pada atom hidrogen ialah 0.529 Ao dan ini
disebut dengan jari-jari Bohr. Sedangkan menurut pandangan Sommerfeld elektron
dalam atom hidrogen, bukan hanya bergerak dalam orbit berbentuk lingkaran, tetapi
juga berorbit dalam bentuk elips. Berdasarkan pandangan Sommerfeld bentuk wujud
atom hidrogen tidak cocok dianalogikan dengan model gerak dan susunan tata
surya, seperti yang disarankan oleh Bohr. Perkembangan teori kuantum telah
menyempurnakan model atom hidrogen, yaitu dengan menyelesaikan persamaan
Schrodinger dalam tiga dimensi yang melibatkan nomor kuantum utama, nomor kuantum
orbital, dan nomor kuantum magnet. Hasil dari penyelesaian persamaan
Schrodinger berbentuk fungsi radial [R(r)], fungsi orbital[Q(q)],
dan fungsi magnet [F(f)]. Penggambaran model atom hidrogen yang
berbentuk awan elektron dalam banyak buku teks didasarkan pada ketiga fungsi
tersebut. Inilah model atom hidrogen yang banyak diterima oleh pakar fisika
sampai saat ini, tetapi ini bukanlah bentuk yang sebenarnya dari atom hidrogen
tetapi lebih mendekati kepada betuk yang riil
Spektrum
garis atom hidrogen, pertama sekali diselidiki oleh Balmer pada tahun 1885,
terdiri dari deret spektrum garis pada daerah cahaya nampak. Atom hidrogen juga
mempunyai deret spektrum garis pada daerah ultra ungu (deret Lymann) dan pada
daerah infra merah (deret Paschen, deret Brackett, dan deret Pfund). Deret
spektrum garis ini merupakan ciri-ciri khas atom hidrogen, karena untuk atom
yang berbeda akan menghasilkan deret spektrum garis yang berbeda pula. Inilah
suatu metode yang sudah tekenal digunakan pakar kimia dan fisika untuk
menentukan jenis atom dalam suatu sistem fisis. Deret spektrum tersebut
ditunjukkan dalam gambar.
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini