2.1.POSISI INDONESIA
2.1.1.
Posisi astronomis
Indonesia
Letak astronomis
Indonesia berada pada 6 derajat LU – 11 derajat LS dan 95 derajat BT – 141
derajat BT. Posisi Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa berefek wilayah
Indonesia dipengaruhi iklim tropis. Karena dipengaruhi iklim tropis, Indonesia
memperoleh curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Indonesia juga memiliki
suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Kondisi iklim yang demikian memungkinkan
Indonesia memiliki banyak hutan yang lebat dan senantiasa hijau.
Daerah yang berada di
Indonesia bagian barat memiliki selisih waktu +7 terhadap GMT (Greenwich Mean
Time). Wilayah-wilayahnya antara lain Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah Indonesia tengah memiliki selisih
waktu +8 terhadap GMT. Wilayah-wilayahnya antara lain Bali, Nusa Tengara,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil
sekitarnya. Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu +9 terhadap GMT.
Wilayah-wilayahnya antara lain Kepulauan Maluku, Papua, Papua Barat, dan
pulau-pulau kecil sekitarnya.
2.1.2.
Letak geografis
Indonesia
Menurut letak geografis.
Indonesia terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan Australia serta di
antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak Indonesia
yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap
keadaan alam ataupun kehidupan penduduk.
Indonesia sendiri
termasuk negara yang berada di dalam Benua Asia, tepatnya Asia Tenggara atau
yang kita kenal sebagai ASEAN bersama 10 negara lainnya seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darusalam, Vietnam, Myanmar, Kamboja,
Laos, dan Timor Leste. Indonesia menjadi persimpangan lalu lintas dunia, baik
darat, udara, mau pun laut. Indonesia juga bertetangga dengan banyak negara di
Asia yang sedang menunjukkan geliat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa seperti
China, India, dan Thailand. Selain itu, Indonesia berada pada titik persilangan
perekonomian dunia dan perdagangan internasional, baik negara-negara industri
maju maupun berkembang.
2.1.3.
Letak Geologis
Indonesia
Letak Geologis Indonesia
adalah letak wilayah Indonesia berdasarkan susunan bebatuan yang ada di
permukaan bumi Indonesia. Indonesia adalah negara dengan jumlah gunung api
terbanyak di dunia dan sebagian besarnya adalah gunung-gunung yang masih aktif.
Hal tersebut merupakan salah satu penyebab utama kesuburan tanah Indonesia.
Tanah subuh karena mengandung unsur hara yang tinggi dan ini bisa terjadi
karena letusan gunung berapi. Indonesia terletak pada pusat pertemuan dua
pegunungan muda, yaitu penggunungan Sirkum Mediterania dan pegunungan Sirkum
Pasifik. Wilayah Indonesia bagian barat dilalui oleh pegunungan Sirkum
Mediterania sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah dilalui oleh pegunungan
Sirkum Pasifik.
Secara geologis pula
Indonesia terletak di antara tiga lempeng utama yang ada didunia yakni Lempeng
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Hal ini juga yang menyebabkan kenapa di
Indonesia sering terjadi gempa bumi. Gempa bumi bisa terjadi karena tumbukan
antar lempeng. Indonesia terletak di antara tiga lempeng utama dunia, maka
kemungkinan terjadi gempa bumi di Indonesia sangat besar dibandingkan dengan
negara-negara lain didunia. Sebagian besar wilayah di Indonesia sangat rawan
terhadap gempa, kecuali wilayah Kalimantan.
Menurut ilmu geologi,
Indonesia juga terletak di antara dua dangkalan besar, yaitu Dangkalan Sunda
dan Dangkalan Sahul. Dangkalan itu sendiri adalah wilayah laut dangkal yang
menghubungkan wilayah daratan yang sangat besar (bisa negara, kawasan, ataupun
benua). Dangkalan sunda berada didaerah Indonesia bagian barat yang berhubungan
langsung dengan Benua Asia. Dangkalan ini mencakup wilayah Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Jawa, Madura, Bali dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Sedangkan Dangkalan Sahul berada di Indonesia bagian timur yang berhubungan
langsung dengan Benua Australia. Dangkalan Sahul mencakupi wilayah yang sangat
luas, membentang dari bagian utara Papua hingga bagian utara Benua Australia.
klik2
2.2.PERWUJUDAN POROS MARITIM INDONESIA
2.2.1.
PERKEMBANGAN JALUR
TRANSPORTASI DAN PERDANGANGAN
2.2.1.1.
TRANSPORTASI AIR
Berawal dari pelayaran
pada masa Kerajaan Bahari (Sriwijaya) dan Majapahit yg dilakukan oleh Laksamana
Cheng Ho, pelayaran Portugis-Spanyol, dan pelayaran VOC pada abad ke-16,
Laksamana Cheng Ho melakukan pelayaran dari Tiongkok ke Samudra Hindia melewati
Kep. Indonesia Bagian Barat, sampai ke Timur Tengah dan Pantai Timur Afrika
dengan tujuan ekspedisi laut yg banyak menginspirasi dlm pelayaran Spanyol dan
Portugis dlm bidang perkapalan.
Pelayaran Cheng Ho di
Nusantara diawali Kerajaan Samudra Pasai, dan dilanjutkan ke Pelabuhan
Palembang, P.Bangka, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Pelabuhan Muara Jati. Ia
memimpin armada perdagangan dan menyebarkan agama islam di Nusantara, Malaysia,
dan Brunei.
Sementara VOC berhasil
merebut pelabuhan dan melakukan monopoli perdagangan serta melarang pribumi
melakukan pelayaran di Perairan Nusantara, VOC mendominasi dunia maritim
Nusantara selama ±2 abad.
Di Indonesia, sebagai
negara bahari, perahu dan kapal merupakan alat transportasi dan komunikasi
penting sejak awal peradaban Nusantara. Tak heran, alat transportasi yang
paling banyak ragamnya di Indonesia adalah perahu dan kapal. Setiap daerah
berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu tradisional dengan bentuk dan
ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari Makasar, Sope dari Jakarta, Alut Pasa dari
Kalimantan Timur, Lancang Kuning dari Riau, Gelati dari Perairan Bali, dan
Kora-kora dari Maluku.
Di beberapa daerah di
Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur penghubung utama antarwilayah adalah
sungai. Transportasi utama yang banyak digunakan adalah perahu. Mulai dari
perahu kecil yang disebut kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10
penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang (long boat) yang bisa
mengangkut puluhan penumpang.
2.2.1.2.
TRANSPORTASI DARAT
Dalam bidang perhubungan
darat, peranan jalan raya sebagai media lalu-lintas semakin penting. Untuk itu,
pemerintah telah mengarahkan pembangunan transportasi pada upaya rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan raya yang sudah ada. Pembangunan jalan raya yang baru
dilakukan untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi guna menghubungkan ke
pusat-pusat industri di berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai tahun 1988 jalan
raya yang sudah dibangun pemerintah sudah mencapai sepanjang 42.982 km. Selama
tahun 1990-an perhatian difokuskan pada pembangunan jalan raya di daerah-daerah
pusat produksi dan jalan raya yang menghubungkan ke daerah-daerah tempat pemasaran
hasil industri. Pada tahun 1993/1994, 152 km jalan raya di bangun di wilayah
Irian Jaya (Papua), di daerah Sulawesi sepanjang 46 km, di daerah Kalimantan
sepanjang 248 km, dan di daerah Maluku sepanjang 23 km.
Pembangunan sarana
angkutan juga dilakukan dengan menggunakan kereta api. Pembanguan jalur kereta
api pertama di Indonesia yang dibangun pada masa colonial Belanda, terdapat di
Pulau Jawa. Jalur rel yang dibangun untuk pertama kali itu menghubungkan Desa
Kamijen dengan Desa Tanjung ( Semarang Jawa Tengah )sepanjang 25 kilometer.
Pembangunan rel kereta api ini ditandai
dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J
Baron Sloet van Den Beele ( 17 Juni 1864
).
Pembangunan jalur rel
kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia Belanda,
Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwe Maatschappij ( NV NISM
)yang dipimpin oleh Ir. J. p. de Bordes. Jalur kereta api ini dibuka untuk umum
tanggal 10 Agustus 1867. Jalur kereta api yang pertama dilanjutkan hingga
sampai Yogyakarta dan Solo. Keberhasilan pembangunan jalur kereta api di Pulau
Jawa ini, dilanjutkan pada daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti
pembangunan jalur kereta api di Pulau
Sumatera dan Sulawesi, namun di Pulau Kalimantan belum berhasil dibangun jalur
kereta api.
Di Sumatera, pembangunan
jalur kereta api dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera barat(1891),
Sumatera Utara (1886), Aceh (1874). Pada Tahun 1922 di Sulawesi Selatan juga
telah di bangun jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang menghubungkan
Makasar dengan Takalar. Jalur Makassar-Takalarini mulai dioprasikan tanggal 1
Juli 1923. Selanjutnya dibangun jalur Makassar-Maros (namun belum selesai).
Sementara itu, di Pulau Kalimantan belum sempat dibangun jalur kereta api,
tetapi studi kelayakan telah dilakukan sepanjang 22 kilometer antar
Pontianak-Sambas. Hingga tahun 1939, jalur kereta api yang telah dibangun oleh
pemerintah Hindia Belanda di Indonesia mencapai panjang 6.811. Namun hingga
tahun 1950, jalur kereta api itu menyusut menjadi 5.910 kilometer. Penyusutan
ini terjadi lebih dari 901 kilometer
jalur kereta api itu hilang. Hilangnya jalur kereta api ini diduga
dibongkar oleh pasukan Jepang dan diangkut ke Myanmar untuk pembangunan jalur
kereta api di sana. Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalur kereta api
dilakukan antara bayah-Cikara (Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian
dilakukan pembangunan jalur Muaro-Pakanbaru sepanjang 22 kilometer. Pembangunan
jalur kereta api yang dilakukan pada masa kedudukan Jepang ini mengerahkan
tenaga romusha atau pekerja paksa dan banyak menelan korban.
Setelah Indonesia merdeka
(17 agustus 1945), karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda
Kereta Api ( AMKS )mengambil-alih perusahaan perkeretaapian dari pihak Jepang.
Peristiwa bersejarah ini terjadi tanggal 28 September 1945 dan kemudian
diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hari pentingdengan pembentukan
Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Sejak Indonesia merdeka,
perkembangan perkeretaapian di Indonesia semakin bertambah pesat, walaupun
telah berkali-kali mengalami perubahan nama perusahaan yang mengolanya seperti
menjadi Perusahaan Negara kereta api (PNKA, 25 Mei 1963),selanjutnya menjadi
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 15 September 1971), dan tanggal 2
Januari diubah namanya menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api ( PERUMKA ).
Untuk mempersingkat waktu
dan mempercepat jarak tempuh, maka Perumka dengan persetujuan pemerintak
Republik Indonesia mengoperasikan kereta cepat. Oleh karena itu, pada bulan
Agustus 1995 penggunakan kereta api cepat yang dinamakan Argo Bromodan Argo
Gede telah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Untuk menanggapi kebutuhan akan
kereta api yang semakin tinggi, Perumka yang pada tanggal 1 Juni 1999 menjadi
PT (Persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan kereta api penumpang yang baru
sperti Dwipangga, Mahesa, dan Sancaka.
Di Pulau Jawa, yang
menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara sejak abad ke-4, jalur
perhubungan yang berkembang adalah jalur darat. Kuda banyak dipakai untuk
bepergian karena kekuatan dan kecepatannya. Alat transportasi yang berkembang
pun menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta kuda yang kemudian berkembang
menjadi andong atau delman. Sedangkan untuk mengangkut barang, selain
menggunakan jasa kuda, juga ada pedati yang ditarik sapi atau kerbau.
Awal masuknya
transportasi darat modern di Indonesia dimulai pada masa pendudukan Belanda, di
pusat pemerintahannya saat itu yang berada di Batavia atau Jakarta. Pemerintah
Belanda membangun jalur kereta api dengan rute Batavia-Buitenzorg (Bogor),
tahun 1873. Sedangkan alat transportasi yang digunakan di dalam kota adalah
trem yang digerakkan oleh mesin uap. Trem merupakan angkutan massal pertama
yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah mempunyai jaringan trem. Tahun
1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan penghapusan trem karena dianggap tidak
cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Trem pun digantikan bus-bus besar.
Untuk transportasi jarak
dekat, ada oplet dan becak. Ada pula bemo yang mulai dipakai sejak tahun 1962.
Tahun 1970-an, muncul helicak dan bajaj. Meski sudah dilarang beroperasi, kita
masih bisa menemukan beberapa jenis alat transportasi ini. Saat ini, alat
transportasi darat yang biasa dimanfaatkan masyarakat adalah bus dan kereta
listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan transportasi massal yang modern
dan murah seperti bus TransJakarta.
Di masa depan,
rencananya, akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih. Meski sarana
transportasi sudah semakin canggih, alat transportasi tradisional seperti
andong atau delman masih banyak kita temui. Misalnya, di Yogyakarta.
2.2.1.3.
TRANSPORTASI UDARA
Sejarah transportasi
udara di Indonesia terkait dengan sejarah kemerdekaan. Untuk kemudahan
transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno membeli dua pesawat tipe DC-3
dari Singapura. Pembelian pesawat tersebut didanai para pengusaha asal Aceh.
Wilayah Aceh kala itu merupakan bagian Indonesia yang belum tersentuh Belanda.
Sebagai bentuk
penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut dinamai RI-001 Seulawah Agam dan
RI-002 Seulawah Inong. Pesawat tersebut melakukan penerbangan pertama pada 26
Januari 1949 dengan rute penerbangan Calcutta-Rangoon. Kedua pesawat tersebut
menjadi cikal bakal perusahaan penerbangan pertama tanah air yaitu Garuda
Indonesia.Industri penerbangan nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh
tim Angkatan Udara Republik Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio
Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono. Salah satu hasil rancangannya adalah pesawat
Si Kumbang yang melakukan penerbangan pertama pada 1 Agustus 1954.
Berkaitan dengan jalur perdanggangan
dan distribusi penumpang, saat ini
pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai pengembangan tol laut. Tol
laut adalah kapal laut yang berlayar secara rutin dan terjadwal yang
menghubungkan wilayah Indonesia dari barat sampai ke timur dna dari utuara
dampai ke selatan.
Menurut Prihartono (2015) dalam
pengembangan tol laut terdapat konsep wilayah depan (foreland) dan wilayah
dalam (hinterland). Konsep wilayah ini
merupakan koridor ekonomi yang berbasis maritime dan system logistik untuk
mendukung sector perdagangan, bai k dari dumber daya kelautan maupun dai
daratan. Selain itu, koridor ekonomi tersebut akan mendorong terciptanya
pusat-pusat pertumbuhan bari dan pemeraaan ekonomi di seluruh wilayah
Indonesisa.
klik3
2.2.2. POTENSI DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN INDONESIA
2.2.2.1.
Sumber daya
perikanan
adalah salah satu potensi
sumber daya laut di Indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan penduduk. Laut
Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per
tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan
yang masih memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan
yang ditangkap tidak mengurangi populasi ikan.
Berdasarkan aturan
internasional, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi
lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. Kenyataannya, jumlah
hasil tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai angka tersebut. Ini berarti
masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.
Jika dibandingkan sebaran
potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan secara umum antara wilayah Indonesia
bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata kedalaman
laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan pelagis kecil.
Kondisi agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata
kedalaman laut mencapai 4.000 m. Di kawasan Indonesia bagian Timur, banyak
ditemukan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna.
Selain ikan yang tersedia
di lautan, penduduk Indonesia juga banyak yang melakukan budi daya ikan,
terutama di daerah pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak masyarakat yang
mengembangkan usaha budi daya ikan dengan menggunakan tambak. Jenis ikan yang
dikembangbiakkan di sana adalah ikan bandeng dan udang.
Selain ikan, kekayaan
laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa hutan mangrove,
rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia memiliki lebih dari 13
ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang. Garis pantai Indonesia
panjangnya mencapai 81.000 Km, ukuran ini merupakan panjang pantai kedua
terpanjang di dunia setelah Kanada. Oleh karena itu, potensi sumber daya alam
di wilayah pesisir sangat penting bagi Indonesia.
Tidak salah jika
pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi memfokuskan pembangunan
maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang berupa ikan malah banyak diambil
oleh oknum-oknum dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal
fishing. Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan
illegal fishing. Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah
Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia.
2.2.2.2.
Energi kelautan
Indonesia
Indonesia adalah salah
satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua per tiga
wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang di
dunia setelah Kanada.
Hal tersebut menjadi
keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi laut. Energi laut
yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera)
merupakan sumber energi di perairan laut. Energi ini berupa energi pasang
surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan
laut.
Energi pasang surut di
wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang
membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini
memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.
Saat laut pasang dan saat
laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.
Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan energi pasang surut yang
memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.
Di Indonesia beberapa
daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api yang
pasang surutnya mencapai 7 meter. Teluk Palu yang struktur geologinya merupakan
patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut. Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat),
Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya
bisa mencapai lebih dari 5 meter.
Untuk lautan di wilayah
Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan efisiensi konversi
energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar 240.000 MW.
Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9° Lintang
Selatan dan 104-109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20
Km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan
didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar
22,8°C.
Sedangkan perbedaan suhu
rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih tinggi dari
20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat dijadikan
alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh berbeda
dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai
tahap penelitian.
Kekuatan gelombang
bervariasi di setiap lokasi. Daerah samudera Indonesia sepanjang pantai selatan
Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang
cukup besar berkisar antara 10 – 20 kW per meter gelombang.
Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia bisa
mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi. Pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan
dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki energi
gelombang laut sekitar 40 kW/m.
Karakteristik energi
gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan
pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya, pengembangan teknologi
pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini meskipun cukup menjanjikan
namun masih belum optimal. Pemanfaatan energi gelombang yang sudah
diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun
institusi pendidikan lainnya baru pada tahap penelitian.
2.2.2.3.
Sumber daya minyak
dan gas bumi
Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan secara tersirat untuk
mengembangkan potensi wilayah minyak dan gas (migas) di Indonesia, terutama
lapangan yang berada lepas pantai (offshore) dan laut dalam (deep water).
Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja menyambut baik atas
keinginan menteri tersebut. Ia mengetahui potensi migas Indonesia memang masih
banyak seperti wilayah laut dalam. Cekungan-cekungan geologi yang berpotensi
memiliki kandungan minyak dan gas pun masih banyak.
“Cekungan-cekungan kan
cukup banyak, cekungan geologi yang mengandung minyak dan gas di laut dalam.
Itu yang harus kita eksplorasi,” kata Wirat, di Kantor Kementerian ESDM, Jalan
Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Namun, yang menjadi
pertimbangan saat ini adalah biaya eksplorasi untuk pengerjaan wilayah kerja
laut dalam masih sangat mahal. Belum ditambah lagi dengan posisi yang jauh dan
kebanyakan berada di daerah remote. Hal itu yang masih menjadi kajian.
“Biaya eksplorasinya kan
tinggi karena laut dalam. Dan jaraknya jauh-jauh. Remote di Indonesia timur, di
laut Makassar. Jadi seperti yang disampaikan sebelumnya, kita sedang dalam
proses menyiapkan regulasi,” jelas dia.
Menurutnya, seperti yang
sudah banyak diketahui publik, regulasi mengenai wilayah kerja laut dalam di
Indonesia masih belum atraktif sehingga investor kurang berminat berinvestasi.
Sehingga kebanyakan investor lebih memilih menginvestasikannya di negara lain.
“Sekarang kita kalah atraktif
dengan negara yang lain-lain. Sehingga investasi dari perusahaan-perusahaan
kelas dunia. Perusahaan-perusahaan kelas dunia jadi tidak mau investasi di
Indonesia,” ungkap dia.
Untuk itu, lanjut Wirat,
pihak Kementerian ESDM bersama Komisi Eksplorasi Nasional (KEN), SKK Migas, dan
para stakeholders sedang merancang dan merumuskan bagaimana supaya wilayah
migas laut dalam di Indonesia lebih menarik mata investor.
“Kalah atraktif kita
dengan negara yang lain. Dari fiskal dari pajak, split, banyak hal yang kita
kalah atraktif dengan negara lain,” ucap dia.
Berdasarkan data litbang
Kementerian ESDM, Potensi energi di laut Indonesia sampai saat ini masih
didominasi oleh minyak dan gas bumi (migas). Sekitar 70 persen cadangan migas
Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai dan lebih dari
separuhnya terletak di laut dalam.
Sejak 2004 telah
beroperasi lebih dari 36 perusahaan minyak di Wilayah Kerja (WK) lepas pantai
dari keseluruhan 153 WK yang telah melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi di
lepas pantai.
Saat ini, telah
terindikasi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di
darat dan laut dangkal perairan teritorial dan hanya beberapa cekungan yang
berada pada landas kontinen (cekungan busur muka). Ada 16 cekungan sudah
berproduksi, delapan cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi.
2.2.2.4.
Wisata bahari
Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari banyak pulau. Selain lima pulau utama, yaitu Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Indonesia juga memiliki pulau-pulau
kecil yang jumlahnya ribuan. Sebagai negara kepulauan, tentu saja pantai yang
terdapat di Indonesia ini berjumlah ribuan juga.
Pantai dan laut tersebut
menyimpan berbagai potensi yang jika diolah dengan baik akan memberikan
berbagai keuntungan bagi penduduk sekitar. Salah satu potensi dari laut
Indonesia ialah hasil perikanan. Dengan panjang garis pantai mencapai 95.181
Km, dalam satu tahun Indonesia mampu menghasilkan 5,4 juta ton ikan. Tentu
masih ada peluang lebih untuk mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Potensi lain
dari bahari adalah wisatanya.
Hutan mangrove dapat
menjadi potensi wisata bahari yang menjanjikan bagi para wisatawan. Sebagai
habitat binatang laut, hutan mangrove, juga dapat menjadi manfaat bagi
masyarakat sekitar. Tak hanya pemasukan karena wisatawan, masyarakat juga dapat
mempergunakan kayu bakau untuk menjadi bahan pembuat kertas. Keindahan bawah
laut Indonesia juga menjadi destinasi wisata bahari berikutnya.
Sebut saja Raja Ampat di
Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di Maluku, pemandangan bawah
lautnya sudah terdengar hingga mancanegara. Ketiga tempat tersebut merupakan
sedikit dari bagian laut Indonesia dengan keindahan bawah laut yang memesona.
Pemandangan bawah laut yang dihasilkan dari terumbu karang dan biota laut
Indonesia menarik para wisatawan.
Indonesia memiliki luas
terumbu karang terluas di dunia, yaitu 284.300 km2 yang akan memuaskan hati
para penyelam. Selain pemandangan bawah laut yang indah, hampir seluruh pantai
di Indonesia juga memiliki pemandangan yang tak kalah memesonanya.
Para wisatawan dapat
membuktikan dengan mengunjungi pantai-pantai yang terdapat di selatan pulau
Jawa, pantai Parai Tenggiri di Bangka Belitung, dan lain-lainnya. Masih banyak
laut dan pantai di Indonesia yang menyimpan potensi wisata sehingga dapat
menambah jumlah destinasi liburan untuk para wisatawan.
Artikel ini telah tayang
di Kompas.com dengan judul “Beragam Potensi Wisata Bahari Indonesia untuk
Dunia”,
klik4
2.2.2.5.
Industri maritim
Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) akan mengembangkan industri berbasis maritim. Potensi untuk
mengembangkan industri maritim sangat terbuka mengingat Indonesia memiliki
garis pantai terpanjang kedua di dunia.
Menurut Saleh, ada empat
industri maritim yang akan dikembangkan pada periode 2015-201-, yaitu industri
rumput laut, industri pengolahan ikan, industri galangan kapal, dan industri
garam. “Kita tabu bahwa salah satu yang terus didorong oleh presiden yaitu
bagaimana agar industri maritim kita dapat tumbuh dan berkembang karena
bagaimana pun dua pertiga dari wilayah Indonesia adalah laut,” ujarnya.
Industri rumput laut
nasional terdiri atas 25 unit usaha besar yang menyerap 3.100 orang tenaga
kerja yang memiliki nilai investasi sebesar USD170juta. “Industri rumput laut
saat ini lebih banyak menjual secara mentah ke luar negeri. Padahal, seharusnya
ini bisa dilakukan hilirisasi dengan menumbuhkan industri turunnya di dalam
negeri,” ungkap Saleh.
Saleh menambahkan,
industri rumput laut nasional memiliki kapasitas terpasang sebesar 33.000 ton
dengan kemampuan produksi 20.000 ton per tahun sehingga menghasilkan utilitas
sebesar 60%. “Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah suplai bahan baku
terbatas untuk industri pengolahan rumput laut karena masih diekspor dalam
bentuk mentah, kualitas bahan baku rumput laut yang rendah, biaya transportasi
masih mahal,” jelasnya.
Menurut Saleh, agar
industri ini bisa berkembang, Kemenperin akan terus berkoordinasi dengan
instansi-instansi lainnya agar pasokan bahan baku terpenuhi.
Saleh melanjutkan,
industri pengelolaan ikan saat ini sama seperti industri rumput laut, yakni
kekurangan bahan baku. “Ini karena banyak terjadi penjualan ikan secara ilegal
sehingga pasokan bahan baku berkurang,” ungkapnya.
Selama ini industri
pengolahan ikan nasional yang terdiri atas 37 unit usaha berskala besar mampu
menyerap 62.000 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi Rpl,5 triliun.
Industri pengolahan ikan nasional juga telah memiliki kapasitas terpasang
339.000 ton dengan kemampuan produksi 197.000 ton per tahun, sehingga
menghasilkan utilitas sebesar 58%.
Selain masalah bahan
baku, masalah industri pengolahan ikan lainnya terkait saling pengakuan standar
dengan negara-negara tujuan ekspor. “Koordinasinya belum baik sehingga banyak
hasil pengolahan ikan yang ditolak oleh negara tujuan ekspor,” katanya.
Sementara itu, industri
galangan kapal nasional masih memiliki potensi yang cukup besar untuk terus
dikembangkan. Untuk industri galangan kapal reparasi, jumlah fasilitas
produksinya sebesar 214 unit dengan kapasitas 12 juta dead weight ton (DWT) per
tahun dengan utilisasi sebesar 85%.
Sedangkan galangan kapal
baru, jumlah fasilitas produksinya sebanyak 160 unit dengan kapasitasl, 2juta
DWT pertahun dengan utilisasi sebesar 35%. “Industri galangan kapal di Tanah
Air banyak yang belum tumbuh. Kami koordinasi dengan Menko Maritim bersama
dengan Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan memberikan insentifinsentif,”
ungkapnya.
Industri garam nasional
yang terdiri atas 35 unit usaha berskala besar dengan luas lahan produksi
mencapai 22.000 hektare (ha) memiliki kapasitas produksi mencapai 56 juta ton
pertahun.”Membuat garam konsumsi di mana pun bisa, namun berbeda dalam membuat
garam industri. Garam industri kandungan NaCl-nya tinggi sehingga tidak bisa
dikonsumsi,” ujarnya.
Permasalahan yang
dihadapi industri garam adalah belum diproduksinya garam industri dalam skala
besar sehingga kebutuhan garam industri sebesar 1,9 juta ton pertahun masih
diimpor. “Membuat garam industri tidak semua laut bisa. Lebih cocok wilayahnya
adalah di kawasan timur Indonesia, khususnya di NTT. Curah hujan dan alamnya
cocok untuk pengembangan garam industri,” tandasnya.
Komitmen pemerintah untuk
memajukan sektor maritim juga ditandai dengan digencarkannya penegakan hukum
bagi para pencuri ikan atau illegal fishing. Mulai dari memperketat pengawasan,
melarang kapal-kapal melakukan alih muatan ikan di laut, serta penenggelaman
kapal asing pencuri ikan. Dengan semua upaya tersebut, Presiden Joko
Widodo(Jokowi) optimistis industri perikanan yang semula banyak tutup karena
kekurangan bahan baku akan kembali menggeliat.
2.2.2.6.
Jasa angkutan laut
Meskipun dalam beberapa
tahun terakhir ini secara bertahap telah terjadi perubahan penggunaan armada
pelayaran asing ke pelayaran domestik untuk mengangkut berbagai komoditi di
dalam negeri, tetapi industri pelayaran didalam negeri, seperti yang
disampaikan Ketua Indonesia Ship Owners Association (INSA) Oentoro Suryo, masih
sulit bersaing dengan pelayaran asing karena keterbatasan jumlah kapal serta
kondisi kapal yang ada sebagian besar adalah kapal tua.
Penambahan jumlah kapal
nasional sebagian merupakan pengalihan bendera kapal-kapal milik pelayaran
nasional yang sebelumnya berbendera asing, sehingga penambahan kapal-kapal baru
relatif sangat sedikit.
Masih sulitnya penambahan
kapal baru oleh galangan kapal Indonesia karena pihak perbankan masih belum
sepenuhnya mendukung pembiayaan pembangunan kapal. Selain itu banyaknya biaya pajak yang harus ditanggung untuk
pembuatan kapal tersebut, membuat masih
tingginya biaya pembuatan kapal di Indonesia
Kondisi ini membuat
beberapa perusahaan pelayaran nasional membangun kapalnya di luar negeri,
karena dianggap lebih murah biayanya dibanding membangun di dalam negeri.
Secara garis besar,
perusahaan angkutan laut nasional dikelompokkan menjadi pelayaran dalam negeri
dan angkutan luar negeri untuk ekspor-impor. Perusahaan pelayaran untuk
angkutan dalam negeri, terdiri atas pelayaran antar pulau, pelayaran lokal,
pelayaran perintis dan pelayaran rakyat. Selain itu terdapat perusahaan non
pelayaran (pelayaran khusus), yaitu
yang hanya mengangkut keperluan
dan hasil industri sendiri, seperti yang dioperasikan oleh industri-industri
pupuk, tepung terigu, semen dan kayu.
Selama tahun 2003 – 2007,
jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia cenderung meningkat. Menurut catatan
Ditjen Perhubungan Laut, pada tahun 2003 terdapat 1.705 buah perusahaan, yang
terdiri atas 1.030 perusahaan pelayaran nasional, 267 perusahaan non pelayaran
dan selebihnya sebanyak 408 perusahaan pelayaran rakyat. Pada tahun 2007, jumlah
perusahaan pelayaran meningkat menjadi 2.326 perusahaan, yang terdiri atas
1.432 perusahaan pelayaran nasional, 334 perusahaan non pelayaran dan 560
perusahaan pelayaran rakyat. Perkembangan jumlah perusahaan pelayaran dalam
negeri di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan kegiatan ekspor dan juga
kebijakan Pemerintah untuk mendukung jasa angkutan laut seperti diterapkannya
azas cabotage untuk 13 jenis komoditas utama sejak tahun 2005.
2.3.MEWUJUDKAN INDONESIA SEBGAI POROS MARITIM DUNIA
Diaz Hendropriyono dalam
tulisannya memaparkan bahwa Komitmen dari Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)
menempatkan lautan sebagai masa depan bangsa maritim dibuktikan dengan
dibentuknya kementerian baru dalam Kabinetnya, yaitu Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman. Komitmen dan konsistensi pemerintahan Jokowi ini, terlihat
hasilnya dengan adanya peningkatan jumlah tangkapan ikan laut oleh para nelayan
Indonesia paska pemberantasan “illegal fishing” oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan.
Adanya kebijakan
pemberantasan “illegal fishing” melalui penenggelaman kapal, dan diikuti dengan
pembangunan industri perikanan nasional, nelayan mulai diberikan modal kerja
dan kapal baru. Kesejahteraan nelayan mulai diperhatikan, dengan pemberian BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, kepemimpinan
Presiden Jokowi memiliki Visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara poros
maritim dunia. Visi ini, disampaikan dalam pidato di Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) di Nay Pyi Taw, Myanmar (13/11/2015). Visi
Presiden untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,
ditindaklanjuti oleh Kementerian melalui beragram program kemaritiman.
Bagi Indonesia, KTT Asia
Timur, berperan penting bagi keamanan, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di
kawasan. “Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi
dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa,” kata
Presiden Jokowi.
Untuk menjadi sebuah
negara maritim, tentunya infrastruktur antara pulau dan sepanjang pantai harus
dibangun dan dikembangkan. Jalan antar pulau ini pun harus dapat direalisasikan
untuk mempercepat transportasi antar pulau di Indonesia.
Indonesia memiliki
potensi besar menjadi poros maritim dunia, mengingat Indonesia berada di daerah
ekuator, antara dua Benua Asia dan Australia, antara dua Samudra Pasifik dan
Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara. Untuk dapat menjadi poros maritim
dunia, sebaiknya sistem pelabuhan di Indonesia harus dimodernisasi sesuai
dengan standar internasional, sehingga pelayanan dan akses di seluruh pelabuhan
harus mengikuti prosedur internasional.
Untuk mewujudkan
Indonesia sebagai poros maritim dunia, Presiden Jokowi memaparkan lima pilar
utama yang akan menjadikan Indonesia mewujudkan cita-citanya sebagai poros
maritim dunia.
Adapun kelima pilar
tersebut, adalah :
Pertama, pembangunan
kembali budaya maritim Indonesia. “Sebagai negara yang terdiri atas 17 ribu
pulau, bangsa Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang
identitasnya, kemakmurannya, dan masa depannya sangat ditentukan oleh bagaimana
kita mengelola samudera,”.
Pilar kedua, komitmen
menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan
pangan laut, melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan
sebagai pilar utama. ”Kejayaan Maritim kami, akan digunakan sebesar besarnya untuk
kepentingan rakyat kami”.
Pilar ketiga, komitmen
mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun
tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata
maritim.
Pilar keempat, diplomasi
maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang
kelautan. ”Bersama sama kita harus menghilangkan sumber konflik di laut,
seperti: Pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perampokan,
dan pencemaran laut,” ujarnya.
Pilar kelima, sebagai
negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun
kekuatan pertahanan maritim. “Hal ini diperlukan, bukan saja untuk menjaga
kedaulatan dan kekayaan maritim kami, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab
kami dalam menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.”
Menurut Susi Pudjiastuti,
Menteri Kelautan dan Perikanan, “Jika pembangunan bangsa dapat dilakukan dengan
maritime base development, maka cita cita Indonesia menjadi poros maritim dunia
dapat diwujudkan. Sekarang saatnya kita kembali ke laut, kembali kepada
kejayaan Nusantara,”.
Susi menyayangkan, banyak
kapal yang melewati lautan Indonesia, kebanyakan hanya baru lewat atau transit
saja, tetapi tidak menjadikan Indonesia sebagai pusat titik tolak kegiatan
maritim di titik ekuator atau khatulistiwa. “Padahal negara Indonesia luar
biasa, dengan jumlah pulau 17.504 dan 111 pulau terluar. Panjang pantainya itu
nomor 2 di dunia dengan panjang 97 ribu kilometer persegi. Sudah seharusnya
bangsa Indonesia kaya dan sejahtera dari lautan, akan tetapi fokus pembangunan
yang tidak berorientasi ke laut selama 2 – 3 dekade terakhir, telah membuat
potensi laut Indonesia sia-sia,” tutur Susi.
Jadi secara geo-politik,
historis dan budaya, Indonesia bisa dijadikan sebagai negara maritim, mengingat
wilayah daratan Indonesia dalam satu kesatuan yang dikelilingi oleh lautan,
dengan 2/3 wilayahnya merupakan laut dan jumlah pulau terbanyak di dunia, serta
salah satu garis terpanjang di dunia. Yang lebih menguatkan lagi, bahwa
Indonesia berada di daerah ekuator, antara dua benua Asia dan Australia. Antara
dua Samudera Pasifik dan Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara. Karena itu,
sistem pelabuhan Indonesia harus dimodernisasi agar memenuhi standar Internasional.
Jika Pemerintah yang
didukung oleh masyarakatnya, serius dan memiliki tekad yang tinggi untuk
melaksanakan program pembangunan “Poros Maritim Dunia”, maka program yang besar
ini bisa terealisasi. Dan jika pembangunan “Poros Maritim Dunia” ini bisa terealisasi,
maka akan banyak manfaat dan keuntungan yang diperoleh oleh Pemerintah
Indonesia, dan juga untuk pemerataan pembangunan antara daratan dan lautan.
Demi terwujudnya
Indonesia menjadi negara Poros Maritim Dunia, diperlukan adanya kebijakan dan
strategi pembangunan yang jelas, sesuai dengan visi dan misi yang telah
dikemukakan pemerintah. Seperti sektor kelautan dan perikanan, yang mampu
menghasilkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi tinggi dan inklusif secara
berkelanjutan, serta berkontribusi secara signifikan bagi terwujudnya Indonesia
sebagai poros maritim dunia, dalam waktu tidak terlalu lama. Mengingat, sudah
adanya keinginan dari pemerintah untuk memusatkan pembangunan kearah
maritim/kelautan dan tersedianya sumberdaya laut yang melimpah.
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
IPS Geografi
Labels:
IPS Geografi
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini