A.
LATAR
BELAKANG AGRESI MILITER BELANDA II
Serangan
bermula pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan menggunakan taktik
perang kilat (blitkrieg) disegala sisi wilayah Republik Indonesia. Dimulai dari
merebut pangkalan udara Maguwo (saat ini bernama Adi Sucipto) dengan
menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat mampu mengambil alih kendali
kota Yogyakarta yang merupakan ibukota Republik Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin Republik Indonesia
yakni Soekarno dan Mohammad Hatta.
B.
TUJUAN
AGRESI MILITER BELANDA II
Agresi militer
yang dilancarkan oleh Belanda terhadap bangsa Indonesia memiliki tujuan untuk
memperlihatkan pada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia dan tentaranya
TKR itu sesungguhnya sudah tidak ada. Dengan begitu Belanda memiliki hak untuk
berbuat semaunya terhadap bangsa Indonesia. Menurut Ide Anak Agung Gde Agung
(1983, 183), Ada dua alasan utama mengapa Beel melancarkan agresi militer
tersebut, yakni sebagai berikut:
1.
Menghancurkan Republik yang
merupakan suatu kesatuan sistem ketatanegaraan,
2.
Membentuk Pemerintah Interim Federal
yang didasarkan atas Peraturan Pemerintahan dalam Peralihan,
3.
Wakil-wakil dari daerah-daerah
federal dan unsur-unsur yang kooperatif dan moderat dari bekas Republik harus
ikut ambil bagian dalam PIF tanpa mewakili bekas Republik.
C.
KRONOLOGI
PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II
18 Desember 1948
Terjadinya pemberontakan PKI Madiun
19 Desember 1948
Melihat situasi yang kacau, Belanda secara sepihak membatalkan
persetujuan gencatan senjata dan mengebom lapangan terbang Maguwo serta diikuti
oleh penerjunan pasukan baret hijau
Belanda. Operasi ini dinamakan operasi gagak dan dipimpin langsung oleh
Jenderal Spoor. Dikarenakan serangan yang mendadak sehingga Belanda memperoleh kemenangan
yang gemilang dan seluruh Yogyakarta jatuh pada pukul 16.00 WIB
klik2
22 Desember 1948
Para pejabat sipil yang telah tertangkap diasingkan dari
Yogyakarta, antara lain Presiden
Soekarno,Haji Agus Salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke Berastagi, Sumatera
Utara. Moh.Hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komodor S.
Suryadarma diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada hari ini pula, KTN
mengawatkan kepada dewan keamanan laporan yang isinya menyalahkan Belanda
sebagai aggressor dan yang melanggar perjanjian gencatan senjata.
23 Desember 1948
Rusia mengajukan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB dan mengecam
Belanda sebagai aggressor. Akan tetapi, Belanda tetap tidak bergeming dan
melanjutkan agresinya.
24 Desember 1948
Dewan Keamanan PBB menerima Resolusi Amerika Serikat yang
memerintahkan dengan segera kepada Belanda dan Indonesia untuk menghentikan
tembak-menembak dan membebaskan pimpinan-pimpinan republik yang ditawan
29 Desember 1948
Pasukan gerilya menyerang pasukan Belanda di seluruh kota
Yogyakarta (serangan pertama). Pada saat ini taktik gerilya mulai digunakan
secara efektif
31 Desember 1948
Presiden Sukarno, Syahrir, dan H. Agus Salim oleh Belanda
dipindahkan pengasingannya ke Prapat
20 – 23 Januari 1949
berlangsung konferensi Asia
yang dihadiri oleh 21 Negara Asia dan Australia. Resolusi konferensi Asia
tersebut tentang sengketa antara Indonesia-Belanda , berpengaruh besar kepada
resolusi Dewan Keamanan PBB berikutnya.
24 Januari 1949
Resolusi konferensi New Delhi dikirim kepada Dewan Keamanan PBB,
yang menuntut antara lain :
Pembebasan para pemimpin (pembesar) Republik Indonesia
Penarikan mundur Belanda dari Yogyakarta dan penarikan berangsur -
¬angsur tentara Belanda dari daerah-daerah yang diduduki sejak 19 Desember
1948.
26 Januari 1949
Mr. Sjafrudin Prawiranegara memberi instruksi kepada Mr. Maramis,
supaya mengusahakan dewan keamanan untuk mengirimkan peninjau militer KTN ke
daerah-daerah yang masih dikuasai oleh Republik Sumatra.
31 Januari 1949
Perlawanan terhadap Belanda makin hari makin meluas dan menghebat,
terutama di seluruh pulau Jawa dan Sumatra.
Februari 1949
Berlanjutnya perang gerilya dan kembalinya pejuang republik ke
kantong – kantong perlawanan mereka yang semula (daerah asal).
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini