bercerita
tentang biografi sahabat nabi yang terbaik beserta perjalanan hidupnya yang
penuh hikmah. Maka tidak diragukan lagi jika kisahnya dapat dijadikan sebagai teladan
bagi umat islam. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui kisah abu
bakar as sidiq.
A.
BIOGRAFI
Nama lengkapnya
adalah 'Abdullah bin 'Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin
Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy. Bertemu nasabnya dengan nabi
pada kakeknya bernama Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay dan ibu dari Abu Bakar adalah
Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang
berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah Bani Taim.
Abu Bakar
adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul
Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi
Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq
(artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra
Mi'raj yang diceritakan Nabi kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal
dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".
B.
KISAH
HIDUP
1.
KEHIDUPAN AWAL
Abu Bakar lahir di kota Mekah sekitar tahun 573, dari keluarga kaya
dalam Bani Taim. Ayah Abu Bakar bernama Uthman Abu Quhafa (panggilan Abu
Quhafa) dan ibunya bernama Salma binti Sakhar (panggilan Umm-ul-Khair). Abu
Bakar menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di antara
suku Badui yang menyebut diri mereka dengan nama Ahl-i-Ba'eer atau rakyat unta.
Pada masa kecilnya, Abu Bakar sering sekali bermain dengan dengan unta dan
kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah yang memberinya nama "Abu
Bakar" yang berarti, bapaknya unta.
Ketika umurnya berusia 10 tahun, Abu Bakar pergi ke Suriah bersama
ayahnya dengan kafilah dagang. Nabi Muhammad yang pada saat itu berusia 12
tahun juga bersama kafilah tersebut. Pada tahun 591, Abu Bakar yang pada saat
itu berusia 18 tahun pergi untuk berdagang, berprofesi sebagai pedagang kain
yang memang sudah menjadi bisnis keluarga. Dalam tahun-tahun mendatang Abu
Bakar sering sekali bepergian dengan kafilahnya. Perjalanan bisnis membawanya
ke Yaman, Suriah dan beberapa tempat lainnya. Perjalanan bisnis inilah yang
membuatnya semakin kaya dan semakin berpengalaman dalam berdagang.
Bisnisnya semakin berkembang, mempengaruhi status sosial Abu Bakar.
Meskipun ayahnya Uthman Abu Quhafa masih hidup, Abu Bakar diakui sebagai kepala
sukunya. Seperti anak-anak lain dari keluarga pedagang Mekah yang kaya, Abu
Bakar adalah orang terpelajar (bisa menulis dan membaca) dan dia menyukai
puisi. Abu Bakar biasanya menghadiri pameran tahunan di Ukaz dan ikut
berpatisipasi dalam simposium puitis. Ia memiliki ingatan yang bagus dan
pemahaman yang baik mengenai silsilah atau asal usul suku-suku Arab, sejarah
dan juga politik mereka.
Sebuah cerita ketika Abu Bakar masih kecil, ayahnya membawanya ke
Ka'bah, dan meminta Abu Bakar berdoa kepada berhala. Setelah itu ayahnya pergi
untuk mengurus urusan bisnis lainnya, meninggalkan Abu Bakar sendirian dengan
berhala-berhala tersebut. Abu Bakar lalu berdoa kepada berhala, "Ya
Tuhanku, aku sedang membutuhkan pakaian, berikanlah kepadaku pakaian".
Berhala tersebut tetap acuh tak acuh tidak menanggapi permintaan Abu Bakar.
Kemudian Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya dan mengatakan "Ya
Tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar".
Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apapun dan acuh tak acuh. Melihat
permintaannya tidak dikabulkan, kesabaran Abu Bakar habis lalu mengangkat
sebuah batu dan berkata kepada berhala tersebut. "Di sini saya sedang
mengangkat batu dan akan mengarahkannya kepadamu, kalau kamu memang tuhan, maka
lindungilah dirimu sendiri". Abu Bakar lalu melemparkan batu tersebut ke
arah berhala dan meninggalkan Ka'bah. Setelah itu, Abu Bakar tidak pernah lagi
datang ke Ka'bah untuk menyembah berhala-berhala di Ka'bah.
klik2
2.
MASUK ISLAM
Abu Bakar adalah sahabat pertama yang masuk Islam dari kalangan
laki-laki. Ketika itu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam diperintahkan Allah
untuk mengajak manusia memeluk agama Islam, lalu Rasulullah menyeru kepada
orang terdekat dengan beliau, anggota keluarganya dan sahabat-sahabat beliau.
Maka dari kalangan laki-laki Abu Bakar langsung memenuhi seruan Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam.
Setelah itu Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat bersemangat dalam
menyebarkan dakwah Islam. Abu Bakar mencari sahabat-sahabat terdekat dan teman
duduknya untuk menyampaikan dakwahnya. Sehingga masuk Islam lah Utsman bin
Affan, az-Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan
Thalhah bin Ubaidullah. Mereka semua menjadi 10 sahabat yang dijamin masuk
Surga.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dialami Abu Bakar
Ash-Shiddiq setelah ia masuk Islam. Ketika itu ia memiliki 40.000 dirham dan
beliau infakkan di jalan Allah. Beliau juga memerdekakan budak-budak yang
disiksa karena masuk Islam. seperti membebaskan Bilal bin Rabah dengan harga 9
uqiyah emas. Saat itu Umayyah berkata, "Meskipun engkau membeli Bilal satu
uqiyah, pasti saya berikan". Abu Bakar menjawab, "Jika kamu tidak
melepas Bilal kecuali harus membelinya 100 uqiyah emas, pasti saya beli".
Beliau juga membebaskan budak lainnya, ada Ummu Ubais, Zinnirah an-Nahdiyah dan
putrinya, lalu budak milik Bani Muammal.
Abu Bakar senantiasa menemani Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam
dalam segala kondisi, membela Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dengan
harta dan jiwanya. Abu Bakar ikut serta dalam semua peperangan Rasulullah dan
juga ikut serta dalam menaklukkan kota Makkah pada tahun ke 8 H.
Abu Bakar selalu menemani Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam
siang dan malam. Ketika hijrah di Madinah, Abu Bakar menemani beliau sepanjang
perjalanan. Menemani di gua hira, menemani ketika berjalan di siang hari yang
panasnya sangat menyengat dan masih banyak lagi. Lantas tidak heran jika Abu
Bakar Ash-Shiddiq disebut sebagai sahabat terbaik di antara para sahabat
lainnya. Berikut perkataan sahabat
mengenai Abu Bakar Radiyallahuanhu:
Abdullah bin Umar, "Di masa Rasulullah Shalallahu alaihi
wassalam, kami membanding-bandingkan para sahabat. Kami memilih Abu Bakar
sebagai Umat Rasulullah yang terbaik, setelah itu Umar bin Khattab, kemudian
Utsman bin Affan."
Seorang wanita datang menemui Rasulullah lalu beliau menyuruh
pulang. Perempuan itu berkata, "Bagaimana jika aku kembali engkau tidak
ada? Rasulullah menjawab, "Temuilah Abu Bakar".
Rasulullah sendiri pernah membahas kedekatannya dengan Abu Bakar
Radiyallahuanhu, "Manusia yang paling banyak berkorban untukku adalah Abu
Bakar. Seandainya aku diperbolehkan untuk mengambil kekasih selain Allah,
sungguh aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Namun cukuplah dia
sebagai saudara seiman,dan saya sayang padanya"
Rasulullah bersabda : "Barang siapa menafkahkan benda apapun
di jalan Allah, ia akan dipanggil melalui pintu-pintu Surga. Jika ia rajin
shalat, ia akan dipanggil melalui pintu shalat, jika rajin berjihad di jalan
Allah, ia dipanggil melalui pintu jihad, rajin sedekah, ia dipanggil melalui pintu
sedekah, rajin puasa, ia dipanggil melalui pintu Ar-Rayyaan." Abu Bakar
bertanya, "Apa ada yang dipanggil melalui semua pintu, wahai
Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Ya dan aku berharap semoga engkau wahai Abu
Bakar."
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa
awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang
mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah
dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk
non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para
budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para
budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Salah seorang budak yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan adalah Bilal bin
Rabah.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad pindah ke Madinah (622
M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga
terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah
menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa
Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang
menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya.
Bahkan 'pun setelah Nabi SAW telah meninggal dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq
dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi meninggalnya Nabi
SAW ini. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para
pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Tsaqifah bani saidah yang terletak di
Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru
umat Islam atau khalifah Islam pada tahun 632 M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber
perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial
dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah
menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya
Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai
ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum suni berpendapat bahwa
Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa
Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim
syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan
sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya
tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak
hadits yang menjadi Referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa
khalifah sepeninggal rasulullah. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran
pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya
(berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan
yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara
kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma,
mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan
lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari
kehidupan publik.
3.
DI ANGKAT MENJADI KHALIFAH
Setelah Rasulullah dimakamkan, Umar bin Khattab menjelaskan kepada
seluruh sahabat bahwa Rasulullah telah memilih Abu Bakar sebagai khalifah.
Dialah sahabat terbaik Rasulullah untuk menjadi pemimpin umat Islam. Para
sahabat pun ridha dan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah dan pemimpin umat
Islam setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Setelah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau menaiki mimbar
lalu berceramah yang isinya:
"Wahai saudara-saudara sekalian, aku ditunjuk untuk memimpin
kalian. Jika aku berbuat baik bantulah aku, namun jika aku berlaku buruk,
luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah dan dusta adalah pengkhianatan. aku
hanyalah pengikut sunnah Rasulullah dan bukan pembuat hal baru. Karena itu jika
aku berlaku lurus, ikutilah aku dan jika aku menyimpang, luruskanlah aku."
Setelah sekian lama menjadi khalifah, suatu saat Fathimah istri Ali
bin Abi Thalib sedang sakit. Maka Abu Bakar menjenguknya dan meminta maaf
kepada Fathimah jika terdapat kesalahan-kesalahan pada dirinya. Fathimah pun
memaafkan Abu Bakar.
klik3
4.
ABU BAKAR SEBAGAI KHALIFAH
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam
persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa
suku Arab yang berasal dari daerah Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah
baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun
tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama
dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim
bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya
komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang
terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Riddah. Dalam perang Ridda peperangan
terbesar adalah memerangi "Ibnu Habi al-Hanafi" yang lebih dikenal
dengan nama Musailamah al-Kazzab (Musailamah si pendusta), yang mengklaim
dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhamad. Pasukan Musailamah
kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan
Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang
dibebaskan oleh Hindun binti Utbah istri Abu Sufyan karena telah berhasil
membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan
memeluk agama Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah
paman nabi Muhammad. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku membunuh
seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh
orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah
al-Kazab)."
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai
jazirah Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran
Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan
mudah sementara ekspedisi ke daerah Suriah juga meraih sukses.
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al
Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan
Musailamah al-kadzdzab dalam perang Riddah atau juga dikenal dengan perang
yamamah, banyak para penghafal Al Qur'an yang terbunuh dalam pertempuran. Umar
lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah
tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, dikumpulkan lembaran al-Qur'an
dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media
tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini
maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan
oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan
juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan
koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.
5.
KEMATIAN
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah
karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah
putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.
klik4
C.
KETELADANAN
ABU BAKAR
1. Beliau Adalah
Sahabat Rasulullah Di Gua Dan Ketika Hijrah.
Diriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib, beliau berkata, “Suatu ketika
Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 dirham,
maka Abu Bakar berkata kepada Azib, suruhlah anakmu si Bara’ agar mengantarkan
hewan tersebut.” Maka Azib berkata, “Tidak, hingga Anda menceritakan kepada
kami terlebih dahulu bagaimana kisah perjalanan Anda bersama Rasulullah ketika
keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian.”
Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Kami berangkat dari Makkah,
berjalan sepanjang malam dan siang hingga datang waktu dzuhur, maka aku
mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat beristirahat di bawahnya, ternyata
aku melihat ada batu besar, maka segera kudatangi dan terlihat di situ ada
naungannya, maka kubentangkan alas untuk Nabi, kemudian kukatakan pada beliau,
“Istirahatlah wahai Nabi Allah.” Maka beliau pun beristirahat, sementara aku
memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengintai.
Tiba-tiba aku melihat ada seorang penggembala kambing sedang
menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh
seperti kami, maka aku bertanya kepadanya, “Siapa tuanmu wahai budak?” Dia
menjawab, “Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy.” Dia menyebut
nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudia kutanyakan, “Apakah kambingmu
memiliki susu?” Dia menjawab, “Ya” lantas kukatakan, “Maukah engkau memerasnya
untuk kami?” Dia menjawab, “Ya” Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing
tersebut, setelah kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut
terlebih dahulu dari kotoran dan debu, maka dia menepuk kedua telapak tangannya
dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tangannya dan dia mulai memeras
susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibaluk kain
menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperasi itu
kedalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu kubawakan ke
hadapan Nabi dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya,
“Minumlah wahai Rasulullah.” Maka beliau mulai minum hingga aku lega (karena
melihat beliau sudah kenyang).
Setelah itu kukatakan pada beliau, “Bukankah kita akan segera
berjalan kembali ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tentu!”
Kami melanjutkan perjalanan, sementara orang-orang musyrik terus
menerus mencari kami, tidak satu pun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah
bin Malik bin Ju’syum yang mengendarai kudanya, maka kukatakan kepada
Rasulullah, “Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah,” Namun
beliau menjawab, “Jangan bersedih (khawatir), sesungguhnya Allah bersama kita.”
Dan dari Anas, dari Abu Bakar, beliau bersabda, “Kukatakan kepada
Nabi ketika kami berada dalam gua, ‘Andai saja seseorang di antara mereka
(orang-orang musyrik) melihat ke bawah kaki mereka, pastilah mereka akan
melihat kita’. Maka Rasul menjawab,
“Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia
sementara Allah menjadi yang ketiga di antara mereka berdua.”
2. Abu Bakar
Adalah Sahabat Yang Paling Alim Di Antara Para Sahabat Lainnya.
klik5
“Sesungguhnya
orang yang paling banyak berkorban padaku dalam persahabatannya dan kerelaan
mengeluarkan hartanya, adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan
mengangkat seorang menjadi kekasih dekatku selain Rabbku, pastilah aku akan
memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya,
janganlah ditinggalkan pintu di masjid melainkan dalam keadaan tertutup kecuali
pintu Abu Bakar saja.”
Diriwayatkan
dari Aisyah, istri Rasulullah, beliau berkata, “Ketika Rasulullah wafat, Abu
Bakar sedang berada di as-Sunuh. Umar berdiri dan berpidato, “Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah tidak wafat. Aisyah melanjutkan, kemudian Umar berkata,
“Demi Allah, tidak terdapat dalam hatiku melainkan perasaan bahwa beliau belum
wafat, Allah pasti akan membangkitkan beliau dan akan memotong tangan dan kaki
mereka (orang-orang munafik).” Kemudia datanglah Abu Bakar menyingkap kain yang
menutup wajah Rasulullah, lalu mencium beliau sambil berkata, “Kutebus dirimu
dengan ibu dan bapakku, alangkah harum dan eloknya engkau saat hidup dan
sesudah mati, demi Allah yang jiwaku ada di Tangan-Nya, mustahil Allah akan
menimpakan padamu dua kali kematian, selama-lamanya.”
Kemudia Abu
Bakar keluar dan berkata, “Wahai orang yang telah bersumpah, (yakni Umar)
tahanlah bicaramu!” Ketika Abu Bakar mulai berbicara, maka Umar duduk, setelah
memuji Allah beliau berkata, “Ingatlah sesungguhnya siapa saja yang menyembah
Muhammad maka beliau sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah
Allah, maka sesungguhnya Allah akan tetap hidup, tidak akan pernah mati.
Kemudian beliau membacakan ayat,
“Sesungguhnya
kamu akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati.” (QS. Az-Zumar: 30) Dan
juga membaca,
“Muhammad itu
tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan
Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)
Ismail (yang
meriwayatkan kisah ini) berkata, “Maka orang-orang mulai menangis terisak-isak,
kemudian kaum Anshar segera berkumpul kepada Sa’ad bin Ubadah di Saqifah Bani
Sa’idah. Mereka berpendapat bahwa dari kami seorang amir (pemimpin) dan dari
kalian (muhajirin) juga seorang amir.’ Maka segera Abu Bakar, Umar bin Khattab
dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah berangkat mendatangi majelis tersebut, Umar
berbicara tetapi Abu Bakar memintanya untuk diam, Umar berkata, “Demi Allah,
sebenarnya aku tidak ingin berbicara melainkan aku telah persiapkan kata-kata
yang kuanggap sangat baik yang kutakutkan tidak akan disampaikan oleh Abu
Bakar’.”
Kemudia Abu
Bakar berpidato dan perkataannya sungguh mengena, beliau berkata, “Kami yang
menjadi amir dan kalian menjadi wazir (pembantu-pembantu pemimpin)”. Maka Hubah
bin al-Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak akan terima, tetapi dari
kami seorang amir dan dari kalian seorang amir pula.” Abu Bakar menjawab,
“Tidak, tetapi kamilah yang menjabat sebagai amir dan kalian menjadi wazir,
karena sesungguhnya mereka (Quraisy) yang paling mulia kedudukannya di bangsa
Arab dan yang paling tinggi nasabnya, maka silahkan kalian membai’at Umar atau
Abu Ubaidah.” Maka spontan Umar menjawab, “Justru Andalah yang lebih pantas
kami bai’at, Anda adalah penghulu (sayyid) kami, orang yang paling baik di
antara kami dan orang yang paling dicintai Rasulullah di antara kami.” Maka
Umar segera meraih tangan Abu Bakar dan membai’atnya, dan akhirnya orang-orang
pun turut membai’at beliau pula.
3. Kekuatan Iman
Abu Bakar Dan Kebenaran (Kejujuran)nya Dan Keislamannya
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar, beliau berkata, Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa
yang menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan, maka Allah
tidak akan melihatnya pada Hari Kiamat.”
Maka Abu Bakar
berkata, “Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah,
kecuali jika aku selalu mengetatkannya, maka Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya
engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan.”
4. Abu Bakar
Adalah Seorang Yang Memiliki Kemauan Tinggi
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa
menginfakkan sepasang dari satu jenis yang dimilikinya di jalan Allah, niscaya
dia akan diseru dari pintu-pintu (surga), ‘Wahai hamba Allah, inilah kebaikan.’
Barangsiapa termasuk ahli shalat, maka akan dipanggil dari pintu shalat,
barangsiapa yang termasuk golongan yang suka bersujud, maka akan dipanggil dari
pintu shalat, barangsiapa termasuk golongan yang suka jihad, maka akan
dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa yang suka bersedekah, maka akan
dipanggil dari pintu sedekah, barangsiapa yang suka berpuasa, maka akan
dipanggil pintu puasa dan dari pintu ar-Rayyan.” Maka Abu Bakar berkata,
“Tidaklah penting bagi yang di panggil itu untuk di panggil dari pintu-pintu
lainnya”. Dan beliau bertanya, “Apakah ada orang yang dipanggil dari semua
pintu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya, dan aku berharap agar
engkau, wahai Abu Bakar, termasuk salah seorang dari mereka.”
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini