A.
PERKEMBAGAN
JALUR TRANSPORTASI DI INDONESIA
1.
TRANSPORTASI AIR
Berawal dari pelayaran pd masa Kerajaan Bahari (Sriwijaya) dan
Majapahit yg dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho, pelayaran Portugis-Spanyol, dan
pelayaran VOC pada abad ke-16, Laksamana Cheng Ho melakukan pelayaran dari
Tiongkok ke Samudra Hindia melewati Kep. Indonesia Bagian Barat, sampai ke
Timur Tengah dan Pantai Timur Afrika dengan tujuan ekspedisi laut yg banyak
menginspirasi dlm pelayaran Spanyol dan Portugis dlm bidang perkapalan.
Pelayaran Cheng Ho di
Nusantara diawali Kerajaan Samudra Pasai, dan dilanjutkan ke Pelabuhan
Palembang, P.Bangka, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Pelabuhan Muara Jati. Ia
memimpin armada perdagangan dan menyebarkan agama islam di Nusantara, Malaysia,
dan Brunei.
Sementara VOC berhasil
merebut pelabuhan dan melakukan monopoli perdagangan serta melarang pribumi
melakukan pelayaran di Perairan Nusantara, VOC mendominasi dunia maritim
Nusantara selama ±2 abad
Di Indonesia, sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan
alat transportasi dan komunikasi penting sejak awal peradaban Nusantara. Tak
heran, alat transportasi yang paling banyak ragamnya di Indonesia adalah perahu
dan kapal. Setiap daerah berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu
tradisional dengan bentuk dan ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari Makasar, Sope
dari Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan Timur, Lancang Kuning dari Riau, Gelati
dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku.
Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur
penghubung utama antarwilayah adalah sungai. Transportasi utama yang banyak
digunakan adalah perahu. Mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok atau
ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang
(long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.
klik2
2.
TRANSPORTASI DARAT
Dalam bidang perhubungan darat, peranan jalan raya sebagai media
lalu-lintas semakin penting. Untuk itu, pemerintah telah mengarahkan
pembangunan transportasi pada upaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan raya
yang sudah ada. Pembangunan jalan raya yang baru dilakukan untuk membuka
daerah-daerah yang terisolasi guna menghubungkan ke pusat-pusat industri di
berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai tahun 1988 jalan raya yang sudah dibangun pemerintah sudah
mencapai sepanjang 42.982 km. Selama tahun 1990-an perhatian difokuskan pada
pembangunan jalan raya di daerah-daerah pusat produksi dan jalan raya yang
menghubungkan ke daerah-daerah tempat pemasaran hasil industri. Pada tahun
1993/1994, 152 km jalan raya di bangun di wilayah Irian Jaya (Papua), di daerah
Sulawesi sepanjang 46 km, di daerah Kalimantan sepanjang 248 km, dan di daerah
Maluku sepanjang 23 km.
Pembangunan sarana angkutan juga dilakukan dengan menggunakan
kereta api. Pembanguan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun pada
masa colonial Belanda, terdapat di Pulau Jawa. Jalur rel yang dibangun untuk
pertama kali itu menghubungkan Desa Kamijen dengan Desa Tanjung ( Semarang Jawa
Tengah )sepanjang 25 kilometer. Pembangunan rel kereta api ini ditandai dengan pencangkulan pertama oleh
Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van Den Beele ( 17 Juni 1864 ).
Pembangunan
jalur rel kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia
Belanda, Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwe Maatschappij ( NV
NISM )yang dipimpin oleh Ir. J. p. de Bordes. Jalur kereta api ini dibuka untuk
umum tanggal 10 Agustus 1867. Jalur kereta api yang pertama dilanjutkan hingga
sampai Yogyakarta dan Solo. Keberhasilan pembangunan jalur kereta api di Pulau
Jawa ini, dilanjutkan pada daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti
pembangunan jalur kereta api di Pulau
Sumatera dan Sulawesi, namun di Pulau Kalimantan belum berhasil dibangun jalur
kereta api.
Di Sumatera,
pembangunan jalur kereta api dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera
barat(1891), Sumatera Utara (1886), Aceh (1874). Pada Tahun 1922 di Sulawesi
Selatan juga telah di bangun jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang
menghubungkan Makasar dengan Takalar. Jalur Makassar-Takalarini mulai
dioprasikan tanggal 1 Juli 1923. Selanjutnya dibangun jalur Makassar-Maros
(namun belum selesai). Sementara itu, di Pulau Kalimantan belum sempat dibangun
jalur kereta api, tetapi studi kelayakan telah dilakukan sepanjang 22 kilometer
antar Pontianak-Sambas. Hingga tahun 1939, jalur kereta api yang telah dibangun
oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia mencapai panjang 6.811. Namun
hingga tahun 1950, jalur kereta api itu menyusut menjadi 5.910 kilometer. Penyusutan
ini terjadi lebih dari 901 kilometer
jalur kereta api itu hilang. Hilangnya jalur kereta api ini diduga
dibongkar oleh pasukan Jepang dan diangkut ke Myanmar untuk pembangunan jalur
kereta api di sana. Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalur kereta api
dilakukan antara bayah-Cikara (Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian
dilakukan pembangunan jalur Muaro-Pakanbaru sepanjang 22 kilometer. Pembangunan
jalur kereta api yang dilakukan pada masa kedudukan Jepang ini mengerahkan
tenaga romusha atau pekerja paksa dan banyak menelan korban.
SetelahIndonesia merdeka (17 agustus 1945), karyawan kereta api yang
tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api ( AMKS )mengambil-alih perusahaan
perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah ini terjadi tanggal 28
September 1945 dan kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hari
pentingdengan pembentukan Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan perkeretaapian di Indonesia semakin bertambah
pesat, walaupun telah berkali-kali mengalami perubahan nama perusahaan yang
mengolanya seperti menjadi Perusahaan Negara kereta api (PNKA, 25 Mei
1963),selanjutnya menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 15 September
1971), dan tanggal 2 Januari diubah
namanya menjadi Perusahaan Umum Kereta Api ( PERUMKA ).
Untuk
mempersingkat waktu dan mempercepat jarak tempuh, maka Perumka dengan
persetujuan pemerintak Republik Indonesia mengoperasikan kereta cepat. Oleh
karena itu, pada bulan Agustus 1995 penggunakan kereta api cepat yang dinamakan
Argo Bromodan Argo Gede telah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Untuk
menanggapi kebutuhan akan kereta api yang semakin tinggi, Perumka yang pada
tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT (Persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan kereta
api penumpang yang baru sperti Dwipangga, Mahesa, dan Sancaka.
Di Pulau Jawa, yang menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara
sejak abad ke-4, jalur perhubungan yang berkembang adalah jalur darat. Kuda
banyak dipakai untuk bepergian karena kekuatan dan kecepatannya. Alat
transportasi yang berkembang pun menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta kuda
yang kemudian berkembang menjadi andong atau delman. Sedangkan untuk mengangkut
barang, selain menggunakan jasa kuda, juga ada pedati yang ditarik sapi atau
kerbau.
Awal masuknya transportasi darat modern di Indonesia dimulai pada
masa pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya saat itu yang berada di
Batavia atau Jakarta. Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api dengan rute
Batavia-Buitenzorg (Bogor), tahun 1873. Sedangkan alat transportasi yang
digunakan di dalam kota adalah trem yang digerakkan oleh mesin uap. Trem
merupakan angkutan massal pertama yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah
mempunyai jaringan trem. Tahun 1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan
penghapusan trem karena dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta.
Trem pun digantikan bus-bus besar.
Untuk transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada pula bemo
yang mulai dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul helicak dan bajaj.
Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa menemukan beberapa jenis alat
transportasi ini. Saat ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan
masyarakat adalah bus dan kereta listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan
transportasi massal yang modern dan murah seperti bus TransJakarta.
Di masa depan, rencananya,
akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih.
Meski sarana transportasi sudah semakin canggih, alat transportasi
tradisional seperti andong atau delman masih banyak kita temui. Misalnya, di
Yogyakarta.
klik3
3.
TRANSPORTASI UDARA
Sejarah transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah
kemerdekaan. Untuk kemudahan transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno
membeli dua pesawat tipe DC-3 dari Singapura. Pembelian pesawat tersebut
didanai para pengusaha asal Aceh. Wilayah Aceh kala itu merupakan bagian
Indonesia yang belum tersentuh Belanda.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut
dinamai RI-001 Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inong. Pesawat tersebut
melakukan penerbangan pertama pada 26 Januari 1949 dengan rute penerbangan
Calcutta-Rangoon. Kedua pesawat tersebut menjadi cikal bakal perusahaan
penerbangan pertama tanah air yaitu Garuda Indonesia.Industri penerbangan
nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh tim Angkatan Udara Republik
Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J.
Sumarsono. Salah satu hasil rancangannya adalah pesawat Si Kumbang yang
melakukan penerbangan pertama pada 1 Agustus 1954.
B.
PERDANGAN
INTERNASIONAL DI INDONESIA
Diplomasi ekonomi kini menjadi salah satu prioritas dalam politik
luar negeri Indonesia. terutama sejak pemerintahan terakhir (era Presiden Joko
Widodo). Presiden Indonesia menyampaikan bahwa seluruh duta besar RI harus berperan
sebagai salesman, dengan porsi 90 persen aspek ekonomi dan hanya 10 persen
untuk aspek politik (Susilo, 2014). Jokowi menginginkan akses pasar-pasar luar
negeri diperluas sehingga dapat mendorong volume ekspor Indonesia. Diharapkan
dengan berkembangnya ekspor Indonesia, maka pada akhirnya dapat membantu
mendorong perekonomian dalam negeri termasuk mensejahterakan seluruh masyarakat
Indonesia.
Diplomasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan ekonomi menjadi
bagian yang
semakin penting dalam politik luar negeri di berbagai negara, dan
salah satu bagian dari diplomasi ekonomi ini adalah diplomasi perdagangan.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu variabel penting pertumbuhan
ekonomi di suatu perekonomian; tidak mengherankan bahwa seluruh negara berupaya
keras untuk mendorong kerjasama perdagangan dengan tujuan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Mudahnya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mendorong ekspor dalam
negeri dan mengurangi volume impor sebagaimana dipahami oleh para ekonom
beraliran merkantilis.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan Produk
Domestik Bruto
(PDB). PDB merupakan indikator kesejahteraan perekonomian di suatu
negara dan dapat menjadi rujukan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yang
diukur dengan tingkat pendapatan (income). Maka semakin meningkat ekspor suatu
negara, pendapatan masyarakatakan meningkat pula. Namun demikian, di era
perekonomian terbuka saat ini maka pada saat bersamaan pula arus impor juga
akan meningkat yang dimana dalam pengukuran pertumbuhan ekonomi, meningkatnya
nilai impor akan berdampak terhadap penurunan PDB. Maka dari itu, liberalisasi
perdagangan suatu negara di satu sisi akan mendorong peningkatan nilai perdagangan,
namun disisi lain akan mempengaruhi neraca perdagangannya.
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini