A.
PERKEMBAGAN
JALUR TRANSPORTASI DI INDONESIA
1.
TRANSPORTASI AIR
Berawal dari pelayaran pd masa Kerajaan Bahari (Sriwijaya) dan
Majapahit yg dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho, pelayaran Portugis-Spanyol, dan
pelayaran VOC pada abad ke-16, Laksamana Cheng Ho melakukan pelayaran dari
Tiongkok ke Samudra Hindia melewati Kep. Indonesia Bagian Barat, sampai ke
Timur Tengah dan Pantai Timur Afrika dengan tujuan ekspedisi laut yg banyak menginspirasi
dlm pelayaran Spanyol dan Portugis dlm bidang perkapalan.
Pelayaran Cheng Ho di
Nusantara diawali Kerajaan Samudra Pasai, dan dilanjutkan ke Pelabuhan
Palembang, P.Bangka, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Pelabuhan Muara Jati. Ia
memimpin armada perdagangan dan menyebarkan agama islam di Nusantara, Malaysia,
dan Brunei.
Sementara VOC berhasil
merebut pelabuhan dan melakukan monopoli perdagangan serta melarang pribumi
melakukan pelayaran di Perairan Nusantara, VOC mendominasi dunia maritim Nusantara
selama ±2 abad
Di Indonesia, sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan
alat transportasi dan komunikasi penting sejak awal peradaban Nusantara. Tak
heran, alat transportasi yang paling banyak ragamnya di Indonesia adalah perahu
dan kapal. Setiap daerah berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu
tradisional dengan bentuk dan ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari Makasar, Sope
dari Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan Timur, Lancang Kuning dari Riau, Gelati
dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku.
Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur
penghubung utama antarwilayah adalah sungai. Transportasi utama yang banyak
digunakan adalah perahu. Mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok atau
ketingting yang bisa memuat 10 penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang
(long boat) yang bisa mengangkut puluhan penumpang.
2.
TRANSPORTASI DARAT
Dalam bidang perhubungan darat, peranan jalan raya sebagai media
lalu-lintas semakin penting. Untuk itu, pemerintah telah mengarahkan pembangunan
transportasi pada upaya rehabilitasi dan pemeliharaan jalan raya yang sudah
ada. Pembangunan jalan raya yang baru dilakukan untuk membuka daerah-daerah
yang terisolasi guna menghubungkan ke pusat-pusat industri di berbagai daerah
di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai tahun 1988 jalan raya yang sudah dibangun pemerintah sudah
mencapai sepanjang 42.982 km. Selama tahun 1990-an perhatian difokuskan pada
pembangunan jalan raya di daerah-daerah pusat produksi dan jalan raya yang
menghubungkan ke daerah-daerah tempat pemasaran hasil industri. Pada tahun
1993/1994, 152 km jalan raya di bangun di wilayah Irian Jaya (Papua), di daerah
Sulawesi sepanjang 46 km, di daerah Kalimantan sepanjang 248 km, dan di daerah
Maluku sepanjang 23 km.
Pembangunan sarana angkutan juga dilakukan dengan menggunakan
kereta api. Pembanguan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun pada
masa colonial Belanda, terdapat di Pulau Jawa. Jalur rel yang dibangun untuk
pertama kali itu menghubungkan Desa Kamijen dengan Desa Tanjung ( Semarang Jawa
Tengah )sepanjang 25 kilometer. Pembangunan rel kereta api ini ditandai dengan pencangkulan pertama oleh
Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van Den Beele ( 17 Juni 1864 ).
Pembangunan
jalur rel kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia
Belanda, Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwe Maatschappij ( NV
NISM )yang dipimpin oleh Ir. J. p. de Bordes. Jalur kereta api ini dibuka untuk
umum tanggal 10 Agustus 1867. Jalur kereta api yang pertama dilanjutkan hingga
sampai Yogyakarta dan Solo. Keberhasilan pembangunan jalur kereta api di Pulau
Jawa ini, dilanjutkan pada daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti
pembangunan jalur kereta api di Pulau
Sumatera dan Sulawesi, namun di Pulau Kalimantan belum berhasil dibangun jalur
kereta api.
Di Sumatera,
pembangunan jalur kereta api dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera
barat(1891), Sumatera Utara (1886), Aceh (1874). Pada Tahun 1922 di Sulawesi
Selatan juga telah di bangun jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang
menghubungkan Makasar dengan Takalar. Jalur Makassar-Takalarini mulai
dioprasikan tanggal 1 Juli 1923. Selanjutnya dibangun jalur Makassar-Maros
(namun belum selesai). Sementara itu, di Pulau Kalimantan belum sempat dibangun
jalur kereta api, tetapi studi kelayakan telah dilakukan sepanjang 22 kilometer
antar Pontianak-Sambas. Hingga tahun 1939, jalur kereta api yang telah dibangun
oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia mencapai panjang 6.811. Namun
hingga tahun 1950, jalur kereta api itu menyusut menjadi 5.910 kilometer.
Penyusutan ini terjadi lebih dari 901 kilometer
jalur kereta api itu hilang. Hilangnya jalur kereta api ini diduga
dibongkar oleh pasukan Jepang dan diangkut ke Myanmar untuk pembangunan jalur
kereta api di sana. Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalur kereta api
dilakukan antara bayah-Cikara (Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian
dilakukan pembangunan jalur Muaro-Pakanbaru sepanjang 22 kilometer. Pembangunan
jalur kereta api yang dilakukan pada masa kedudukan Jepang ini mengerahkan
tenaga romusha atau pekerja paksa dan banyak menelan korban.
SetelahIndonesia merdeka (17 agustus 1945), karyawan kereta api yang
tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api ( AMKS )mengambil-alih perusahaan
perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah ini terjadi tanggal 28
September 1945 dan kemudian diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia. Hari
pentingdengan pembentukan Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan perkeretaapian di Indonesia semakin bertambah
pesat, walaupun telah berkali-kali mengalami perubahan nama perusahaan yang
mengolanya seperti menjadi Perusahaan Negara kereta api (PNKA, 25 Mei
1963),selanjutnya menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 15 September
1971), dan tanggal 2 Januari diubah
namanya menjadi Perusahaan Umum Kereta Api ( PERUMKA ).
Untuk
mempersingkat waktu dan mempercepat jarak tempuh, maka Perumka dengan
persetujuan pemerintak Republik Indonesia mengoperasikan kereta cepat. Oleh
karena itu, pada bulan Agustus 1995 penggunakan kereta api cepat yang dinamakan
Argo Bromodan Argo Gede telah diresmikan oleh Presiden Soeharto. Untuk
menanggapi kebutuhan akan kereta api yang semakin tinggi, Perumka yang pada
tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT (Persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan
kereta api penumpang yang baru sperti Dwipangga, Mahesa, dan Sancaka.
Di Pulau Jawa, yang menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara
sejak abad ke-4, jalur perhubungan yang berkembang adalah jalur darat. Kuda
banyak dipakai untuk bepergian karena kekuatan dan kecepatannya. Alat
transportasi yang berkembang pun menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta kuda
yang kemudian berkembang menjadi andong atau delman. Sedangkan untuk mengangkut
barang, selain menggunakan jasa kuda, juga ada pedati yang ditarik sapi atau
kerbau.
Awal masuknya transportasi darat modern di Indonesia dimulai pada
masa pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya saat itu yang berada di
Batavia atau Jakarta. Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api dengan rute
Batavia-Buitenzorg (Bogor), tahun 1873. Sedangkan alat transportasi yang
digunakan di dalam kota adalah trem yang digerakkan oleh mesin uap. Trem merupakan
angkutan massal pertama yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah mempunyai
jaringan trem. Tahun 1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan penghapusan trem
karena dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Trem pun
digantikan bus-bus besar.
Untuk transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada pula bemo
yang mulai dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul helicak dan bajaj.
Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa menemukan beberapa jenis alat
transportasi ini. Saat ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan
masyarakat adalah bus dan kereta listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan
transportasi massal yang modern dan murah seperti bus TransJakarta.
Di masa depan, rencananya,
akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih.
Meski sarana transportasi sudah semakin canggih, alat transportasi
tradisional seperti andong atau delman masih banyak kita temui. Misalnya, di
Yogyakarta.
klik2
3.
TRANSPORTASI UDARA
Sejarah transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah
kemerdekaan. Untuk kemudahan transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno
membeli dua pesawat tipe DC-3 dari Singapura. Pembelian pesawat tersebut
didanai para pengusaha asal Aceh. Wilayah Aceh kala itu merupakan bagian
Indonesia yang belum tersentuh Belanda.
Sebagai bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut
dinamai RI-001 Seulawah Agam dan RI-002 Seulawah Inong. Pesawat tersebut
melakukan penerbangan pertama pada 26 Januari 1949 dengan rute penerbangan
Calcutta-Rangoon. Kedua pesawat tersebut menjadi cikal bakal perusahaan
penerbangan pertama tanah air yaitu Garuda Indonesia.Industri penerbangan
nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh tim Angkatan Udara Republik
Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J.
Sumarsono. Salah satu hasil rancangannya adalah pesawat Si Kumbang yang
melakukan penerbangan pertama pada 1 Agustus 1954.
B.
PERKEMBANGAN
PERDANGAN INTERNASIONAL DI INDONESIA
1.
Masa Kerajaan Sriwijaya
Perkembangan dalam perdagangan internasoinal pada zaman Kerajaan
Sriwijaya, megalami peningkatan hal ini dikarenakan strategisnya tempat
Kerajaan Sriwijaya yang menjadi jalur lalulintas pelayaran perdagangan India –
China.
Dilihat dari letak geografis, daerah Kerajaan Sriwijaya mempunyai
letak yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah jalur pelayaran perdagangan
antara India dan Cina Sehingga aktivitas perekonomian masyarakatnya tergantung
pada pelayaran dan perdagangan. Di samping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat
dengan Selat Malaka yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di
Asia Tenggara.. Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan
internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja yang
cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki
armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran
yang menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan
berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.
Kerajaan Sriwijaya mampu
menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama
berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa.
2.
Masa Penjajahan Portugis ( 1509 –
1659 )
Perjalanan historis Portugis dalam menjajah Indonesia dimulai
dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukan dalam
tahun 1512. Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba
dikepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber
rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang mempunyai keahlian dalam
navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan. Selain itu, bangsa Portugis adalah
salah satu bangsa yang menjadikan perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi
komoditi ekonomi . pada masa penjajahan Portugis, kondisi perekonomian
Indonesia lebih banyak diwarnai adanya perlawan dari rakyat terhadap Portugis,
karena komoditi rempah-repah yang menjadi andalan rakyat Indonesia dijarah
begitu saja. Sumber daya yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat, menjadi
bagian dari ekspolitasi Portugis.
3.
Masa Penjajahan Belanda ( 1602 –
1942 )
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602. Hal itu dilakukan
dengan memanfaatkan perpecahan diantara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
enggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor
Portugis, yang tetap dikuasai Potugal hingga 1975 ketika bertintegrasi menjadi
propinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Penjajahan Belanda belangsung kurang lebih selama 350 tahun, 3,5
abad. Dibentukya Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) adalah satu kebijakan
dalam bidang ekonomi yang dilakukan Belanda. VOC menguasai perdagangan,
sehingga kewenangan dimilikny, seperti mencetak uang, menyatakan perang dan
damai, membuat angkatan bersenjata sendiri, dan membuat perjanjian dengan
raja-raja. Pada tahun 1795 VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam
mengekspolarasi kekayaan Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu Nampak pada
defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1.
Peperangan terus-menerus dilakukan
oleh VOC dan memakan biaya besar.
2.
Penggunaan tentara sewaan
membutuhkan biaya besar.
3.
Korupsi yang dilakukan pegawai VOC
sendir
4.
Pembagian deviden kepada para
pemegang saham, walaupun kas deficit.
Bubarnya VOC muncul kebijakan baru yang disebut dengan cultuur
stelstel (sistem tanam paksa). Kebijakan ini diberlakukan mulai pada tahun 1836
yang diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa bertujuan memproduksi berbagai komoditi yang
diminta dipasar dunia. Sistem ini sangat merugikan bahkan menyiksa, tetapi bagi
Belanda sangat menguntungkan. Kemudian diganti dengan VOC (sistem tanam paksa)
dahulu sIstem landrent , sIstem ini juga ada sisi positifnya, yaitu masyarakat
pribumi mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada
umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang dipedesaan yang
memicu meningkatnya taraf hidup.
Setelah melakukan sistem tanam paksa, kemudian menerapkan Sistem
Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan kaerna desakkan kaum
Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga bumi kearah yang lebih
baik dengan memdorong pemerintah Belanda mengubah kebijakan ekonominya. Pada
jaman penjajahan Belanda, bangsa Indonesia ibarat hanya dapat menerima sisa
dari kekayaannya sendiri. Segala sumber daya dikeruk bagi keuntungan Belanda.
klik3
4.
Masa Penjajahan Jepang ( 1942 – 1945
)
Konstelasi peta politik pada masa perang dunia II nampaknya
berimbas pada konstelasi politik di Indonesia, durasi penjajahan Jepang di
Indonesia tidak berlangsung lama, karena hanya berjalan hingga sekitar tahun
1945. Secara besar penjahan Jepang di Indonesia diawali pasa bulan juni 1942.
Bulan Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pertemuan pertamanya pada bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan. Pada 9 Agustus 1945
Soekarno, Hatta dan radjiman Widioningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi.
Kebijakan ekonomi pada jaman penjajahan Jepang, terdiri atas :
1. Perluasan Areal Persawahan
2. Pengawasan Pertanian Dan Perkebunan.
Perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras.
Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus-menurun. Pada
jaman Jepang hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30%
harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 305
harus diserahkan ke lumbung desa. Badan yang menanganimasalah pelanggaran
disebut Kempetei (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti
rakyat. Jepang mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina
kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang.
Sedangkau tembakau, teh, kopi harus dihetikan penanamannya Karena hanya
berhubungan dengan kenikmatan. Jepang menduduki Indonesia hanya tiga tahun
setengah, sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga abad.
5.
Masa Orde Lama ( 1945 – 1967 )
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati karena
pada masa tersebut, Indonesia merupakan Negara yang baru saja merdeka. Dalam
masa ini, perkembangan perekonomian dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu :
6.
Masa Kemerdekaan ( 1945 – 1950 )
Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan dapat dibilang sangat
tidak menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang disebabkan
oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Oktober 1946
Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang Jepang, namun adanya blockade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu
perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas Negara. Akibatnya Negara
berada dalam kondisi krisis keuangan dan kondisi itu tentu membahayakan bagi
keberlangsungan perekonomian Indonesia pada saat itu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh beberapa
kebijakan, yaitu :
a.
Pinjaman Nasional
Pinjaman nasional dilakukan oleh menteri keuagan kala itu dengan
persetujuan Badan Pekerja Komiter Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan
pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun. Pinjaman
ini dimaksudkan agar tersedia dana segar bagi operasionalisasi penyelenggaraan
Negara.
b.
Pemenuhan Kebutuhan Rakyat
c.
Melakukan Konferensi Ekonomi
Pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi
bahan makanan, sandang, serta status administrasi perkebunan asing dilakukan
melalui konferensi ekonomi.
d.
Membuat Rencana Pembangunan
Dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan) untuk melengkapi
pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan
makanan, sandang, serta status perkebunan asing. Dalam dokumen ini meliputi
anjutan memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, mencegah penyembelihan
hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra,
dan mengadakan transmigrasi.
e.
Membangun Partisipasi Swasta Dalam
Pembangunan Ekonomi Pemerintah berusaha menggandeng swasta untuk mewujudkan
rencana-rencana diatas.
f.
Nasionalisasi Bank Indonesia
Selain kebijakan di atas, muncul pula kebijakan yang dikenal dengan
sebutan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan Sistem Ekonomi Ali-Baba. Kondisi
perekomiman pada masa ini lebih banyak berkutat pada bagaimana menyelesaikan
permasalahan ekonomi dasar namun hal inipun juga tidak bisa berjalan dengan
baik akibat situasi politik yang tidak stabil.
klik4
7.
Masa Demokrasi Liberal ( 1950 – 1957
)
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya
kabinet. Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang cukup banyak tetapi tidak
ada partai yang memiliki mayoritas mutlak dan hal ini kemudian membuat pada
masa ini perekonomian diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Dampak dari kebijakan
ini akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Pemerintah terkesan memaksakan sistem pasar dalam perekonomian,
anehnya pemerintah sudah mengetahui dampaknya dan melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi kondisi perekonomian. Usaha-usaha tersebut adalah melalui
pemotongan nilai uang, melanjutkan program Benteng, dan memutuskan hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB). Pemotongan nilai uang dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun, dikenal dengan
sebutan Gunting Syarifuddin. Pemerintah juga melanjutkan Program Benteng
(Kabinet Natsir) dengan maksud untuk menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional dan pembatalan sepihak atas
hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
8.
Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 –
1967 )
Demokrasi Terpimpin tidak lepas dari sosok Presiden Soekarno,
sehingga pemikiran Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan demokrasi terpimpin.
Dalam pidato beliau yang berjudul Kembali ke Rel Revolusi terbitlah pemikiran
Soekarno tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi Terpimpin benar-benar terjadi
setelah muncul Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin. Akibat dari system ini berdampak pada
perubahan struktur ekonomi Indonesia yang akhirnya cenderung berjalan melalui
system etatisme, dimana dalam system ini Negara dan aparatur ekonomi Negara
bersifat dominan serta mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi diluar
sektor Negara.
Tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik justru berdampak
pada adanya devaluasi (penurunan nilai uang yang tujuannya guna membendung
inflasi yang tetap tinggi, mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
serta agar dapat meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak
dirugikan), perlunya membentuk lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam bidang
moneter. Pada saat ini dibentuk pula Deklarasi Ekonomi, tujuannya untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
9.
Masa Orde Baru ( 1967 – 1998 )
Masa Orde Baru identik dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Dikenal beberapa tahapan pembangunan yang menjadi agendanya. Orde Baru
mengawali rezimnya dengan menekankan pada prioritas stabilitas ekonomi, dan
politik. Program pemerintah berorientasi pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan Negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah
menerapkan kebijakan ekonomi yang baru melalui pendekatan demokrasi pancasila,
dan secara perlahan campur tangan pemerintah dalam perekonomian mulai masuk.
Pentingnya aspek pemerataan disadari betul dalam masa ini sehingga
muncul istilah 8 (delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan ekonominya,
yaitu :
1) Kebutuhan Pokok
2) Pendidikan dan kesehatan
3) Pembagian pendapatan
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
6) Partisipasi wanita dan generasi muda
7) Penyebaran pembangunan
8) Peradilan
klik5
Agar implementasi kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik
dan terencana, maka kebijakan tersebut dilaksanakan dengan sebutan pola umum
pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dan berlangsung dalam periodisasi lima
tahunan sehingga dikenal dengan sebutan Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Pelita
menunjukkan hasil yang signifikan dalam proses pembangunan ekonomi, terbukti
pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, menurunkan angka
kemiskinanm meningkatkan partisipasi pendidikan, penurunan angka kematian bayi,
dan peningkatan sector industri, berhasil dalam mengendalikan jumpal penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB).
Sisi negatif dari Pelita adalah kerusakan serta pencemaran
lingkungan hidup, kerusakan suber daya alam, ketimpangan pertumbuhan ekonomi
antar daerah, ketimpangan antar golongan pekerjaan, akumulasi utang luar negeri
yang semakin menumpuk serta muncul pula konglomerasi dan bisnis yang sarat
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Orde Baru berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
tetapi fundamental ekonomi justru rapuh. Titik kulminasi keterpurukan Orde Baru
berujung pada mundurnya Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Terlepas dari berbagai kontroversi tentang perjalanan rezim Orde
Baru, harus diakui bahwa Orde Baru paling tidak telah meletakkan dasar-dasar
perekonomian bagi rezim selanjutnya. Kondisi politik yang relatif stabil
menjadi modal bagi tumbuhnya perekonomian secara baik.
10.
Perekonomian Indonesia Di Era Jokowi
- Jk
Masyarakat Indonesia telah menilai kondisi perekonomian di satu
tahun era pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla semakin memburuk. Hal ini
berkaitan dengan isu-isu utama lainnya yaitu kondisi politik nasional,
penagakan hukum, keamanan nasional dan pemberantasan korupsi yang sangat buruk.
Kondisi ekonomi Indonesia sekarang bagi sebagian besar masyarakat dinilai buruk
dengan 46,11% disbanding tahun sebelumnya. Penilaian ini juga tidak lepas dari
masyarakat Indonesia yang semakin hari banyak sekali pengangguraan dan mahalnya
harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin meningkat tajam. Selain itu,
masyarakat juga menilai Jokowi – JK tidak serius dalam mengatasi pelemahan
rupiah terhadap dolar yang akhirnya bias tembus mencapai diatas RP 14.000/USD.
Pemerintahan menargetkan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu sebesar 5,5%
tetapi yang terjadi tidaklah sama melainkan Indonesia memiliki pertumbuhan yang
sangat lemah.
Untuk memulihkan
perekonomian Indonesia Jokowi telah melakukaan beberapa gebrakan sensitive
seperti, memotong subsidi BBM sebesar 30% dan menghemat anggaran Negara sampai
Rp 100 Triliun untuk tahun depan. Jokowi juaga mengganti beberapa pejabat
penting yang sangat membantu perekonomian, seperti Amien Sunaryadi dan Faisal
Basri yang akan mengawasi pengelolaan minyak dan gas.seperti yang diketahui
oleh masyarakat Indonesia bahwa mereka berdua adalah pengamat dan aktivis anti
korupsi. Tidak hanya 2 pejabat yang diganti oleh Jokowi tetapi banyak sekali.
Semenjak menganti pejabat – pejabat penting perekonomian Indonesia mulai
membaik tetapi pemberantasan korupsi tidak terlalu membaik malah makin
memburuk.
Diplomasi ekonomi kini menjadi salah satu prioritas dalam politik
luar negeri Indonesia. terutama sejak pemerintahan terakhir (era Presiden Joko
Widodo). Presiden Indonesia menyampaikan bahwa seluruh duta besar RI harus
berperan sebagai salesman, dengan porsi 90 persen aspek ekonomi dan hanya 10
persen untuk aspek politik (Susilo, 2014). Jokowi menginginkan akses
pasar-pasar luar negeri diperluas sehingga dapat mendorong volume ekspor
Indonesia. Diharapkan dengan berkembangnya ekspor Indonesia, maka pada akhirnya
dapat membantu mendorong perekonomian dalam negeri termasuk mensejahterakan
seluruh masyarakat Indonesia.
Diplomasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan ekonomi menjadi
bagian yang
semakin penting dalam politik luar negeri di berbagai negara, dan
salah satu bagian dari diplomasi ekonomi ini adalah diplomasi perdagangan.
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu variabel penting pertumbuhan
ekonomi di suatu perekonomian; tidak mengherankan bahwa seluruh negara berupaya
keras untuk mendorong kerjasama perdagangan dengan tujuan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Mudahnya tujuan tersebut dapat dicapai dengan mendorong ekspor dalam
negeri dan mengurangi volume impor sebagaimana dipahami oleh para ekonom beraliran
merkantilis.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan Produk
Domestik Bruto
(PDB). PDB merupakan indikator kesejahteraan perekonomian di suatu
negara dan dapat menjadi rujukan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yang
diukur dengan tingkat pendapatan (income). Maka semakin meningkat ekspor suatu
negara, pendapatan masyarakatakan meningkat pula. Namun demikian, di era
perekonomian terbuka saat ini maka pada saat bersamaan pula arus impor juga
akan meningkat yang dimana dalam pengukuran pertumbuhan ekonomi, meningkatnya
nilai impor akan berdampak terhadap penurunan PDB. Maka dari itu, liberalisasi
perdagangan suatu negara di satu sisi akan mendorong peningkatan nilai perdagangan,
namun disisi lain akan mempengaruhi neraca perdagangannya.
Comments
Post a Comment
punya komentar? tuangkan di sini